Lumajang, – Hari Raya Idul Adha selalu identik dengan ibadah kurban yang penuh makna, di mana umat Muslim berkesempatan berbagi rejeki dengan menyembelih hewan kurban seperti kambing atau sapi.
Namun, tidak hanya berhenti pada ibadah semata, momen ini juga menjadi saat yang istimewa untuk mengolah dan menikmati aneka masakan dari daging kurban. Sayangnya, seringkali pengolahan daging kurban hanya terpaku pada resep-resep klasik seperti rendang, kari, atau sate yang sudah sangat familiar.
Namun, di tengah tradisi yang sudah ada, muncul inovasi masakan ala Arab Saudi, menggunakan resep-resep kreatif yang mampu mengubah daging kurban menjadi hidangan istimewa dan menggugah selera, salah satunya adalah kambing bakar madu yang unik dan lezat.
Lia, seorang warga Desa Senduro, Kecamatan Senduro, Kabupaten Lumajang, berbagi cerita mengenai resep andalannya ini. Menurut Lia, resep Kambing Bakar Madu bukan sekadar masakan biasa, melainkan hasil dari proses panjang uji coba agar cita rasanya benar-benar pas dan memiliki rasa yang enak.
“Resep ini yang kita pakai sehari-hari dan sangat disukai oleh keluarga. Meskipun rasa dasarnya terinspirasi dari Timur Tengah, tapi disesuaikan dengan selera Nusantara sehingga lebih mudah diterima,” ujar Lia, Jumat (6/6/2025).
Kambing Bakar Madu ini menggabungkan kelembutan daging kambing yang dibakar dengan bumbu madu manis yang meresap, memberikan sensasi rasa manis dan gurih yang berpadu sempurna. Proses pembakaran juga dilakukan dengan teknik khusus agar daging tidak keras dan tetap juicy.
Selain kambing bakar madu, Lia juga menekankan pentingnya nasi kebuli sebagai pendamping yang tak kalah istimewa. Nasi kebuli yang disajikan harus menggunakan beras yang dipilih khusus agar teksturnya pulen dan tidak keras, sehingga menyatu sempurna dengan cita rasa kambing bakar.
“Beras yang kita gunakan memang berbeda, kita pilih yang pulen supaya nasi kebuli tidak keras dan tetap enak disantap bersama kambing bakar madu,” jelas Lia.
Inspirasi resep ini berawal dari kecintaan Lia terhadap masakan Arab, namun ia sering merasa ada yang kurang pas dengan rasa yang tersedia di pasaran. Oleh karena itu, ia berinisiatif memodifikasi resep tersebut agar lebih sesuai dengan lidah orang Indonesia, terutama masyarakat sekitar yang memiliki selera khas.
“Awalnya suka makanan Arab, tapi selalu ketemu rasa yang kurang pas di lidah. Jadi saya coba modifikasi sendiri supaya lebih cocok dengan selera orang Indonesia,” tambah Lia.
Tinggalkan Balasan