Lumajang, – Pura Mandhara Giri Semeru Agung di kaki Gunung Semeru menjadi titik temu spiritual dan budaya malam ini.
Ribuan umat Hindu dari berbagai wilayah Jawa dan Bali memadati pelataran pura untuk menyaksikan pementasan seni sakral Calon Arang yang dibawakan oleh sanggar seni dari Ubud, Bali.
Pementasan ini bukan sekadar hiburan budaya, melainkan persembahan spiritual yang sarat nilai filosofi Hindu.
Suasana penuh kekhusyukan tercipta sejak sore hari, ketika umat mulai berdatangan dan mengikuti rangkaian upacara niskala sebagai bentuk penghormatan sebelum pementasan. Diiringi dupa, gamelan, dan doa, acara ini menggabungkan unsur budaya dan spiritual secara harmonis.
Baca juga: Piodalan di Pura Mandhara Giri: Tradisi Spiritual yang Menggerakkan Ekonomi Desa
“Ini bukan hanya tentang seni tari atau cerita rakyat. Ini adalah bentuk yadnya, persembahan suci,” kata pengurus hatian Pura Mamdhara Giri Semeru Agung, Wira Dharma, Minggu (20/7/25).
Cerita Calon Arang mengisahkan seorang perempuan sakti yang dipenuhi kemarahan karena anaknya tidak kunjung mendapatkan jodoh.
Baca juga: Pujawali Pura Semeru Agung Tak Sekadar Tradisi, Tapi Penanda Sejarah Spiritualitas Hindu
Amarahnya meluas menjadi kutukan bagi seluruh kerajaan. Namun pada akhirnya, kehadiran Mpu Baradah sebagai representasi dharma mampu meredam kehancuran dan memulihkan keseimbangan.
Pementasan malam ini menghidupkan kembali cerita tersebut melalui gerak tari yang penuh ekspresi, tabuhan gamelan yang menggugah, dan tata cahaya yang terang.
Namun di balik kemegahannya, terdapat pesan penting, bahwa dalam kehidupan, dharma nilai-nilai kebaikan dan kebenaran selalu menjadi pemenang.
Pura Mandhara Giri Semeru Agung sendiri dikenal sebagai tempat suci utama umat Hindu di Jawa Timur yang memiliki hubungan spiritual kuat dengan Bali.
Kegiatan seperti ini menjadi jembatan budaya dan spiritual antara dua pulau, memperkuat rasa persaudaraan dalam satu keyakinan.
“Dengan hadirnya ribuan umat dari Bali dan Jawa, kami merasa kegiatan ini mempererat rasa persatuan. Apalagi ini malam terakhir dari rangkaian acara Piodalan di Pura Mandhara Giri Semeru Agung,” katanya.
Sebelum pementasan dimulai, panitia dan pemangku melaksanakan persembahyangan khusus untuk memohon restu dari alam sekala dan niskala. Ini menjadi bukti bahwa seni dalam tradisi Hindu tak lepas dari dimensi spiritual.
“Segala bentuk kegiatan, apalagi yang menyangkut energi besar seperti ini, harus diiringi ritual. Kita memohon izin agar segalanya berjalan lancar dan tidak menimbulkan disharmoni,” jelasnya.
Tinggalkan Balasan