74 Ribu Ton Gula Tak Terserap di Jatim, APTRI Sebut Akibat Banjir Gula Impor - Lensa Warta

Menu

Mode Gelap
KLB Campak di Lumajang: 42 Kasus Suspek, Imunisasi Rendah Jadi Sorotan Viral di TikTok, Kebiasaan Unik Bupati Lumajang Bunda Indah Bikin Netizen Salut Donat Lapis Tugu Malang Jadi Incaran Warga, Murah Meriah dengan Rasa Premium 4 Warung Bakso Legendaris di Klakah Lumajang, Rasa Juara Harga Bersahabat 223 Jemaah Umroh Lumajang Dilepas: Pemerintah Titip Doa untuk Keberkahan Daerah

Nasional · 27 Agu 2025 18:37 WIB ·

74 Ribu Ton Gula Tak Terserap di Jatim, APTRI Sebut Akibat Banjir Gula Impor


 74 Ribu Ton Gula Tak Terserap di Jatim, APTRI Sebut Akibat Banjir Gula Impor Perbesar

Surabaya, – Sebanyak 74.700 ton gula hasil produksi petani di Jawa Timur dilaporkan tidak terserap pasar, meskipun provinsi ini merupakan salah satu produsen gula terbesar di Indonesia.

Menurut Arum Sabil, Dewan Pembina Asosiasi Petani Tebu Rakyat Indonesia (APTRI) Jatim, kondisi ini disebabkan oleh masifnya impor gula rafinasi, yang disebut membanjiri pasar domestik dan mengganggu distribusi gula lokal.

“Salah satu penyebabnya adalah soal impor bahan baku gula rafinasi yang membanjiri Indonesia,” kata Arum saat dikutip pada Rabu (27/8/25).

Baca juga: Mahkamah Agung Angkat Lagi Eks Hakim Itong Jadi ASN Pengadilan Surabaya

Jatim sendiri memproduksi sekitar 1,2 juta ton gula setiap tahun, atau sekitar 240 ribu ton per bulan selama musim panen lima bulan.

Sementara kebutuhan konsumsi langsung masyarakat Jatim hanya sekitar 30 ribu ton per bulan, sehingga terdapat kelebihan sekitar 190 ribu ton per bulan yang biasanya disalurkan ke provinsi lain.

Baca juga: Donat Lapis Tugu Malang Jadi Incaran Warga, Murah Meriah dengan Rasa Premium

Namun kini, pasar-pasar luar Jatim seperti Jawa Tengah, Jawa Barat, Kalimantan, dan Indonesia Timur disebut sudah dipenuhi gula rafinasi, akibat rembesan produk dari pabrik-pabrik rafinasi yang memperoleh izin impor.

“Selama ini kelebihan itu terserap keluar daerah. Tapi sekarang semua wilayah sudah dibanjiri rafinasi,” jelas Arum.

Ia pun mendesak pemerintah untuk segera mengambil tindakan, di antaranya:

-Audit pabrik-pabrik rafinasi untuk melacak distribusi produk mereka.

– Mengurangi impor gula mentah sebagai bahan baku rafinasi.

– Menindak tegas peredaran gula rafinasi di pasar tradisional dan modern yang seharusnya hanya digunakan oleh industri besar.

“Jika masalah ini dibiarkan, maka nasib petani tebu kian terjepit, dan gula lokal makin sulit bersaing di negeri sendiri,” pungkasnya.

Artikel ini telah dibaca 32 kali

badge-check

Reporter

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Baca Lainnya

2.608 Personel Diterjunkan Untuk Amankan Aksi Massa di Surabaya

28 Agustus 2025 - 15:10 WIB

Demo Buruh Bawa Bendera One Piece dan Tikus Berdasi, Sindir Pedas Pejabat

28 Agustus 2025 - 14:29 WIB

Lippo Jadi Mitra Swasta Pertama Renovasi Rumah untuk Program 3 Juta Unit Prabowo

27 Agustus 2025 - 15:54 WIB

Kilas Balik Pernikahan Pratama Arhan dan Azizah Salsha: Dari Tokyo hingga Cerai Kilat

27 Agustus 2025 - 10:14 WIB

Pratama Arhan dan Azizah Salsha

Pratama Arhan Cerai Jadi Viral: Netizen Ramai Beri Dukungan dan Candaan

27 Agustus 2025 - 09:58 WIB

Pratama Arhan Cerai

Perceraian Pratama Arhan dan Azizah Salsha: Fakta, Reaksi Publik, dan Pertanyaan yang Sering Muncul

27 Agustus 2025 - 09:05 WIB

Perceraian Pratama Arhan
Trending di Hiburan