Lensawarta.com, – Alih-alih merah putih, sejumlah warga justru mengibarkan bendera hitam bergambar tengkorak dan topi jerami khas bajak laut One Piece di depan rumah mereka. Pemandangan ini viral di media sosial dan menuai pro-kontra, terutama karena terjadi di bulan kemerdekaan.
Memasuki bulan Agustus, suasana semarak kemerdekaan biasanya mulai terasa. Rumah-rumah dihiasi bendera merah putih, umbul-umbul dikibarkan, dan jalan-jalan dipenuhi pernak-pernik bertema nasionalisme. Namun tahun ini, ada pemandangan tak biasa yang mencuri perhatian warganet.
Di beberapa daerah, warga terlihat mengibarkan bendera Jolly Roger, lambang bajak laut dari anime One Piece, alih-alih bendera merah putih. Bendera hitam dengan tengkorak bertopi jerami itu terlihat berkibar di depan rumah, mobil, bahkan truk. Fenomena ini langsung memicu diskusi panas di media sosial.
Bagi penggemar One Piece, Jolly Roger bukan sekadar gambar tengkorak. Itu adalah simbol dari kelompok Bajak Laut Topi Jerami, pimpinan Monkey D. Luffy tokoh utama dalam serial anime dan manga populer asal Jepang itu. Dalam cerita, Luffy dan krunya bukan bajak laut jahat, tapi justru berjuang melawan pemerintah dunia yang korup dan menindas.
Namun bagi masyarakat umum, terutama yang tidak familiar dengan anime, pengibaran bendera hitam ini terasa aneh, bahkan dinilai tidak pantas, terutama karena dilakukan di bulan kemerdekaan Indonesia.
“Agustus itu bulan merah putih. Kalau semua orang ikut-ikutan pasang bendera bajak laut, di mana rasa nasionalismenya?” tulis akun @fitri*** di Twitter/X, saat dikutip pada, Kamis (21/7/25).
Sebaliknya, ada juga yang melihatnya sebagai bentuk ekspresi atau sindiran kreatif.
“Luffy itu bajak laut, tapi yang melawan ketidakadilan. Mungkin ini cara orang-orang menyuarakan keresahan,” tulis akun TikTok @nafa*** dalam unggahan videonya yang telah ditonton lebih dari 500 ribu kali.
Bukan tanpa alasan jika simbol fiksi ini begitu resonan dengan sebagian masyarakat. Dalam One Piece, Pemerintah Dunia digambarkan sebagai entitas yang menindas rakyat, memperkaya bangsawan, dan menutup-nutupi kebenaran. Kelompok bajak laut Luffy hadir sebagai tokoh “antihero” yang justru membela masyarakat tertindas.
“Cerita One Piece itu relatable banget. Rasanya kayak kita juga hidup di dunia yang penuh ketidakadilan. Kalau Luffy bisa melawan, kenapa kita enggak?” komentar akun Instagram @opfanzone.
Fenomena ini juga mencerminkan bagaimana budaya pop semakin menjadi saluran untuk menyampaikan aspirasi dan kritik, terutama di kalangan anak muda.
Belum ada pernyataan resmi dari pihak berwenang terkait pengibaran bendera non-nasional ini. Namun sejumlah warganet mengingatkan bahwa penggantian bendera merah putih dengan simbol lain, apalagi di bulan kemerdekaan, bisa dianggap tidak menghormati simbol negara.
Meski begitu, beberapa tokoh menyarankan untuk melihat fenomena ini secara bijak.
“Saya rasa ini bukan sekadar soal mengganti bendera, tapi soal keresahan yang butuh didengar. Jangan buru-buru menghakimi,” ujar seorang pengamat media sosial di platform YouTube.
Terlepas dari kontroversinya, satu hal jelas: bendera Jolly Roger kini tidak lagi sekadar milik dunia fiksi. Ia telah menjadi simbol baru bagi sebagian masyarakat entah sebagai wujud fandom, bentuk ekspresi kebebasan, atau cara menyampaikan kritik terhadap realitas yang ada.
Seperti kata Luffy dalam salah satu kutipan terkenalnya: “Aku tidak peduli disebut bajak laut. Aku hanya ingin bebas.”
Tinggalkan Balasan