Lensawarta.com, – Dampak ketegangan geopolitik di kawasan Timur Tengah kini mulai dirasakan oleh jemaah haji Indonesia.
Dua kelompok terbang (kloter) dari Debarkasi Surabaya, yakni kloter 43 dan 44 asal Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur, harus menunda kepulangan ke Tanah Air menyusul ditutupnya Bandara Oman yang menjadi lokasi transit penerbangan.
Penutupan bandara dilakukan sebagai respons atas memburuknya situasi keamanan di wilayah udara sekitar, setelah terjadi serangan militer oleh Iran ke wilayah Qatar.
Akibatnya, maskapai Saudia Airlines mengambil keputusan untuk menunda penerbangan jemaah haji demi alasan keselamatan.
“Untuk informasi terkait dengan kloter 43 dan 44 Debarkasi Surabaya, memang tertunda keberangkatannya karena faktor keamanan,” ujar Sugiyo, Sekretaris PPIH Debarkasi Surabaya, saat ditemui di Asrama Haji Surabaya, Rabu (25/6/2025).
Sugiyo menjelaskan, sebanyak 751 jemaah haji dari dua kloter tersebut saat ini masih berada di Jeddah, Arab Saudi, menunggu kepastian jadwal penerbangan baru.
Kloter 43 terdiri dari 376 jemaah dan kloter 44 membawa 375 jemaah, seluruhnya berasal dari Banyuwangi.
Meski tertahan, Sugiyo memastikan seluruh jemaah dalam kondisi aman dan sehat. Pihak maskapai juga telah menyediakan fasilitas penginapan yang nyaman selama masa tunggu di Jeddah.
“Di sana dilayani dengan baik oleh maskapai Saudi Airlines, termasuk hotelnya mewah. Teman-teman jemaah kami kontak langsung, dan mereka menyampaikan bahwa pelayanannya bagus. Bahkan pasangan suami istri mendapat kamar satu, jadi bisa beristirahat bersama,” jelasnya.
PPIH Debarkasi Surabaya terus berkoordinasi dengan Kementerian Agama, maskapai, serta otoritas penerbangan untuk memastikan kelancaran proses pemulangan jemaah setelah situasi keamanan dinyatakan kondusif.
Sementara itu, PPIH mengimbau keluarga jemaah di Indonesia untuk tetap tenang dan menunggu informasi resmi dari pihak berwenang. Semua jemaah dipastikan dalam kondisi baik dan berada di bawah pengawasan petugas.
Tinggalkan Balasan