Lensawarta – Pasukan Israel telah melakukan serangan udara besar-besaran di Rafah, Senin (6/5) malam. Tindakan ini diambil setelah peringatan yang diberikan kepada penduduk Palestina untuk segera meninggalkan wilayah tersebut karena adanya kemungkinan invasi.
Menurut laporan dari Koresponden AFP di Rafah, serangan udara ini berlangsung hampir tanpa henti selama 30 menit terakhir.
Di tengah-tengah serangan ini, Hamas, kelompok militan Palestina, telah menyatakan persetujuan mereka terhadap sebuah proposal gencatan senjata di Gaza. Khalil al-Hayya, anggota senior Hamas, menyampaikan bahwa proposal yang disetujui mencakup tiga tahap gencatan senjata yang bertujuan untuk mencapai perdamaian permanen.
Al-Hayya menjelaskan bahwa setiap tahap dari gencatan senjata ini akan berlangsung selama 42 hari. Kesepakatan ini termasuk rencana penarikan Israel secara penuh dari Gaza, pemulangan warga Palestina yang terpaksa mengungsi akibat konflik, serta pertukaran sandera dan tahanan dengan tujuan akhir adalah perdamaian permanen.
Baca Juga: Ganjar Pranowo Tetapkan Sikap Oposisi di Pemerintahan Prabowo-Gibran
Seorang pejabat senior Hamas yang tidak ingin disebutkan namanya menegaskan bahwa saat ini tanggung jawab berada di tangan Israel untuk memutuskan apakah akan menerima atau menolak proposal gencatan senjata tersebut.
Sementara itu, Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, menyatakan bahwa proposal gencatan senjata tersebut masih belum memenuhi beberapa tuntutan kunci dari Israel. Namun, pemerintah Israel mengindikasikan bahwa mereka akan mengirim delegasi untuk membahas keberatan-keberatan tersebut guna mencapai kesepakatan.
Keluarga dari sandera yang ditahan oleh Hamas di Gaza mendesak Israel untuk memanfaatkan persetujuan Hamas terhadap proposal gencatan senjata ini sebagai kesempatan untuk memulangkan semua sandera. Forum Keluarga Sandera dan Keluarga yang Hilang menekankan bahwa pengumuman dari Hamas harus menjadi langkah awal untuk pemulangan sandera yang telah ditawan selama tujuh bulan.
Baca Juga: Ketegangan di Laut Natuna Antara Indonesia dan China, TNI AL Hadang Kapal Coast Guard China
“Kini saatnya bagi semua pihak yang terlibat untuk menunjukkan komitmen mereka dan mengubah kesempatan ini menjadi realitas pemulangan semua sandera,” demikian pernyataan yang dikutip oleh AFP.
Di sisi lain, Amerika Serikat, sebagai sekutu dekat Israel, menyatakan bahwa mereka akan meninjau respons dari Hamas terhadap proposal tersebut.
Tinggalkan Balasan