Lumajang – PT Perusahaan Listrik Negara (PLN) lewat subholding PLN Indonesia Power telah meluncurkan stasiun pengisian hidrogen atau hydrogen refueling station (HRS) pertama di Indonesia. Berlokasi di Senayan, Jakarta, stasiun ini menandai langkah berani PLN dalam memanfaatkan teknologi energi hijau sebagai langkah nyata menuju keberlanjutan.
HRS di Senayan ini adalah bagian dari upaya PLN untuk mengoptimalkan hasil produksi hidrogen dari pembangkit thermal dan terbarukan sebanyak 22 unit, dengan total hidrogen hijau saat ini mencapai 203 ton.
Kebutuhan pendinginan pembangkit PLN hanya 75 ton, sementara kelebihan 138 ton green hydrogen ini dapat digunakan untuk sektor transportasi.
Direktur Utama PLN, Darmawan Prasodjo, mengungkapkan bahwa alokasi hidrogen hijau saat ini sebanyak 128 ton sudah mampu menyediakan energi untuk 438 mobil setiap tahunnya.
Baca Juga : Lowongan Kerja Untuk D3 dan S1 di Anak Usaha Pertamina Masih Terbuka, Berikut Kualifikasinya.
Hal ini sekaligus menyumbang pengurangan konsumsi bahan bakar minyak (BBM) sebanyak 1,59 juta liter dan penurunan emisi CO2 sebesar 4,15 juta kilogram setiap tahunnya.
“Biaya per kilometer menggunakan hydrogen refueling station di sini hanya sekitar Rp276, jauh lebih murah dibandingkan biaya menggunakan BBM yang mencapai Rp1.300 per kilometer. Bahkan, harga ini juga bersaing dengan biaya pengisian daya kendaraan listrik yang sekitar Rp350-400 per kilometer dan tarif ultra fast charging kendaraan listrik yang Rp555 per kilometer,” jelas Darmawan.
Darmawan juga menambahkan bahwa PLN sedang menjajaki kolaborasi dengan transportasi publik di Jakarta. “Kami optimistis, HRS ini akan memberikan dampak positif yang signifikan terhadap lingkungan, transportasi, dan industri di Indonesia.”
HRS Senayan dilengkapi dengan charger electric vehicle berbasis hidrogen yang memiliki fungsi sama dengan stasiun pengisian kendaraan listrik umum (SPKLU). Di sana juga dibangun Hydrogen Center dan Hydrogen Gallery Room sebagai pusat pelatihan dan pendidikan terkait hidrogen di Indonesia.
Melihat potensi yang ada, PLN terus berinovasi dengan memanfaatkan solar PV yang terpasang di kawasan pembangkit PLN ditambah dengan renewable energy certificate (REC) dari beberapa pembangkit energi baru terbarukan (EBT) di Indonesia.
Dengan kombinasi ini, pihaknya bisa memproduksi 100% hidrogen hijau yang tidak hanya untuk pendinginan generator pembangkit, tetapi juga untuk industri pupuk, industri bahan kimia, cofiring pembangkit, dan fuel cell electric.
Baca Juga: Harganya Cuma Rp 2 Jutaan, Motor Listrik Termurah IIMS 2024
Darmawan berharap teknologi dan infrastruktur yang sudah dibangun ini akan memberikan kontribusi positif bagi pembangunan berkelanjutan di Indonesia, tidak hanya dari sisi ekonomi dan lingkungan, tetapi juga sosial dan teknologi.
PLN mengajak seluruh pemangku kepentingan, terutama pemerintah, swasta, dan masyarakat, untuk bersama-sama mendukung pemanfaatan teknologi hidrogen hijau sebagai salah satu solusi energi masa depan yang ramah lingkungan.
Tinggalkan Balasan