Lumajang, – Kabupaten Lumajang kembali menjadi sorotan terkait rencana penanaman komoditas pangan yang dinilai masih sangat kecil dibandingkan potensi luas tanam yang ada. Rencana penanaman seluas 146 hektar dianggap jauh dari rata-rata luas tanam per musim yang mencapai sekitar 36.000 hektar.
Menurut data yang dihimpun, kebutuhan pupuk untuk luas tanam 36.000 hektar diperkirakan mencapai 9.000 ton urea dan 5.400 ton NPK. Namun, serapan pupuk dari Januari hingga April menunjukkan angka yang berbeda: 7.991 ton urea dan 8.293 ton NPK.
Pergeseran ini mengindikasikan adanya perubahan pola penggunaan pupuk, terutama peningkatan konsumsi pupuk NPK yang tidak selalu terkait dengan program luas tambah tanam (LTT).
Ketua Himpunan Kerukunan Tani Indonesia (HKTI) Lumajang, Ishak Subagio, mengungkapkan kekhawatirannya terhadap validitas data LTT pemerintah. Berdasarkan serapan pupuk, luas tanam aktual diperkirakan hanya sekitar 32.000 hektar, lebih rendah dari data resmi.
“Jika LTT benar mencapai 10 persen atau sekitar 3.000 hektar, serapan pupuk harusnya lebih tinggi. Namun kenyataannya serapan pupuk masih di bawah ekspektasi,” kata dia, Jumat (23/5/25).
Ishak juga menyampaikan, rendahnya serapan pupuk urea dan NPK yang masih berkisar di angka 6,7 persen dan 7 persen per bulan, menunjukkan penggunaan pupuk oleh petani belum optimal. “Terus kemana LTT-nya?” tanya Ishak, mempertanyakan realisasi program yang selama ini digadang-gadang.
Menanggapi hal ini, Kabid Tanaman Pangan DKPP Lumajang, M. Arif Budiman, menjelaskan bahwa serapan pupuk NPK tidak selalu berhubungan langsung dengan luas tambah tanam. “NPK digunakan untuk berbagai komoditas hortikultura seperti cabai, bawang, dan sayuran yang tidak termasuk dalam program LTT padi atau jagung,” jelasnya.
Ia menambahkan bahwa NPK sebagian besar bukan pupuk subsidi dan dapat dibeli oleh petani kapan saja, bahkan sebelum musim tanam.
“Jadi luas tambah tanam Serapan pupuk, sama hubungan dengan luas tanam itu tidak ada hubungannya. Karena begini, kalau NPK komoditasnya itu macam-macam jdi belanja pupu itu tidak harus,” kata Arif.
Lebih lanjut, Arif menegaskan bahwa data luas tanam yang dilaporkan berbeda-beda tergantung jenis tanaman. Data gabungan dari BPS mencakup padi, jagung, dan sayuran, sehingga sulit mengaitkan serapan pupuk secara langsung dengan satu program LTT saja.
Sementara itu di tingkat provinsi, Jawa Timur menunjukkan langkah progresif dalam mengoptimalkan potensi pertanian. Pada 15 Mei 2025, Direktur Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian, Andi Nur Alam Syah, memimpin rapat koordinasi bersama Kepala Dinas Provinsi, kepala dinas kabupaten, Penjabat Wilayah Jawa Timur, dan Direktur Perlindungan Tanaman Pangan.
Sebelumnya, potensi luas tanam di Jawa Timur diperkirakan hanya mencapai 187 ribu hektar. Namun, melalui percepatan panen dan pengolahan lahan, serta optimalisasi irigasi, Jawa Timur berkomitmen meningkatkan luas tanam menjadi sekitar 282 ribu hektar pada bulan Mei, mendekati target nasional 1,6 juta hektar.
Dukungan alat mesin pertanian modern seperti traktor V2, kendaraan roda empat, transventer, pompa air, hingga komponen angkester menjadi kunci keberhasilan program ini. Komitmen dan sinergi antar lembaga diharapkan mampu mendorong pencapaian target luas tambah tanam secara nasional.
Tinggalkan Balasan