Lumajang, – Kelangkaan bahan bakar minyak (BBM) yang terjadi di Kabupaten Lumajang sejak Minggu (27/7/25) mulai menunjukkan dampak serius bagi sektor informal, terutama para pengemudi ojek online (ojol).
Banyaknya permintaan layanan tidak berbanding lurus dengan kemampuan mereka untuk menjalankan kendaraan akibat kesulitan mendapatkan bensin.
Di sejumlah SPBU, antrean kendaraan mengular hingga ratusan meter. Tak sedikit pengemudi ojol terpaksa menghabiskan waktu berjam-jam untuk mendapatkan beberapa liter bensin.
Akibatnya, waktu produktif yang seharusnya bisa digunakan untuk melayani konsumen malah terbuang di tengah antrean panjang.
Baca juga: Lima Tradisi Sakral Wajib Hadir di Sedekah Desa Kandangan Lumajang
“Dari kemarin banyak orderan masuk, tapi saya terpaksa tolak karena nggak ada bensin. Mau bagaimana lagi, kita nggak bisa kerja kalau motor nggak jalan,” kata Duki (32), salah satu driver ojol di kawasan Lumajang, Selasa (29/7/25).
Hal senada juga disampaikan Irfan, rekan seprofesi Doni, yang sudah dua hari ini hanya bisa menerima beberapa orderan karena keterbatasan bahan bakar.
Irfan bahkan mulai mempertimbangkan untuk menaikkan tarif layanan sebagai bentuk kompensasi dari kerugian yang dialami.
Baca juga: Dua Tahun Berturut-turut Gagal Capai Target, Pendapatan Surabaya Perlu Dievaluasi Total
“Sekali antre bisa 3 jam lebih. Kadang udah antre lama, bensin malah habis. Ini bikin kami harus mikir keras. Salah satu opsinya ya terpaksa naikkan tarif. Kalau nggak, kami tekor terus,” jelasnya.
Menurut Irfan, sebagian pengemudi bahkan memilih tidak mengaktifkan aplikasi sama sekali karena khawatir kehabisan bahan bakar saat mengantar penumpang atau barang.
Dilema para pengemudi ini menempatkan mereka di tengah tekanan ekonomi dan logistik. Di satu sisi, permintaan layanan tetap tinggi, tetapi di sisi lain, tanpa bahan bakar, mereka tidak bisa menjalankan tugas.
Kelangkaan ini juga mulai berdampak pada konsumen, yang mengeluhkan semakin sulit mendapatkan layanan transportasi maupun pengantaran makanan dan barang.
Para driver berharap ada langkah cepat dari pemerintah daerah maupun pihak terkait untuk menormalkan pasokan BBM di Lumajang.
“Kami hanya ingin bisa bekerja seperti biasa. Bensin itu kebutuhan pokok kami. Kalau terus langka, bukan cuma kami yang rugi, tapi masyarakat juga akan merasakan dampaknya,” pungkas Irfan.
Tinggalkan Balasan