Lumajang, – Cuaca panas yang menyengat selama musim kemarau 2025 justru membawa berkah tersendiri bagi para petani tembakau di Kabupaten Lumajang. Teriknya matahari membantu proses pengeringan daun tembakau berjalan lebih cepat dan merata, menghasilkan kualitas tembakau yang lebih bagus dan diminati pasar.
Salah satu petani tembakau di Desa Selok, Kecamatan Pasirian, Toha (55), mengaku bisa meraup hasil panen hingga 12 ton dari lahan seluas 6 hektar yang ditanami jenis white burley. Tak hanya itu, ia juga menanam tembakau jenis kasturi di lahan satu hektar yang memberikan keuntungan serupa.
Baca juga: Gerak Pembangunan Harus Berbasis Bukti, Bukan Asumsi – Lumajang Dorong Kualitas Data Sektoral
“Saya tanam tembakau kasturi satu hektar dan white burley enam hektar. Kalau white burleynya panen 12 ton,” ujar Toha, Rabu (1/10/2025).
Dengan harga tembakau white burley yang mencapai Rp 57.000 per kilogram dan jenis kasturi Rp 60.000 per kilogram, keuntungan yang diperoleh petani pun bisa mencapai ratusan juta rupiah per hektarnya.
Baca juga: Janji Untung Rp100 Juta per Hari, Pria Asal Lampung Tipu Warga Jember Rp500 Juta
Meskipun harga tahun ini mengalami penurunan sekitar Rp 3.000 per kilogram dibanding tahun lalu akibat pengaruh kemarau basah sebelumnya, hasil panen tetap membuat para petani bersyukur.
Menurut Ketua Asosiasi Petani Tembakau Indonesia (APTI) Kabupaten Lumajang, Dwi Wahyono, musim kemarau kali ini justru berdampak positif pada kualitas tembakau. Selain itu, kondisi ini juga mendorong peningkatan jumlah petani serta perluasan lahan tanam tembakau di wilayah Lumajang.
“Luas tanaman tembakau tahun ini mencapai 14.000 hektar, naik dari tahun kemarin yang hanya 8.000 hektar. Alhamdulillah petani tembakau bersyukur,” ungkap Dwi.
Dukungan dari industri pengolahan tembakau juga turut memperkuat semangat petani. PT AOI, salah satu perusahaan mitra petani tembakau di Lumajang, menyebutkan bahwa target produksi tahun ini meningkat drastis dibanding tahun sebelumnya.
“Untuk target tahun ini kami naikkan dari sebelumnya 300 ton, kini mencapai 700 ton,” kata Station Manager PT AOI Lumajang.
Tinggalkan Balasan