Lumajang, – Kabupaten Lumajang semakin mempertegas posisinya sebagai daerah dengan potensi ekonomi yang tumbuh pesat di Jawa Timur.
Hingga triwulan III tahun 2025, nilai investasi daerah ini menembus Rp 1,989 triliun, menunjukkan meningkatnya kepercayaan investor terhadap stabilitas ekonomi dan prospek masa depan Lumajang.
Capaian tersebut bukan datang begitu saja. Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Lumajang di bawah kepemimpinan Bupati Indah Amperawati secara konsisten mengarahkan kebijakan pembangunan pada sektor-sektor unggulan daerah, terutama agroindustri, hilirisasi produk pertanian, dan pariwisata berkelanjutan.
Ketiga sektor ini terbukti menjadi motor penggerak investasi sekaligus pencipta nilai tambah ekonomi lokal. Sebagai daerah agraris, Lumajang dikenal dengan kekayaan alamnya, pisang agung, tebu, kopi, hingga hortikultura dataran tinggi.
Selama ini hasil pertanian tersebut banyak dijual dalam bentuk bahan mentah. Namun kini, Pemkab mendorong agar produk-produk lokal itu diolah di dalam daerah melalui penguatan sektor agroindustri.
“Investasi di bidang pertanian harus naik kelas, bukan hanya panen lalu dijual, tetapi juga diolah agar memberi nilai tambah bagi petani dan masyarakat,” kata Bupati Lumajang, Indah Amperawati, Senin (10/11/2025).
Melalui dukungan investasi, sejumlah sentra pengolahan hasil pertanian mulai tumbuh di berbagai kecamatan. Misalnya, pabrik pengolahan pisang dan tepung singkong di Kecamatan Pasirian, serta industri gula semut dan kopi bubuk di Gucialit dan Senduro.
Selain menyerap tenaga kerja lokal, sektor ini juga membuka peluang bagi pelaku UMKM untuk menjadi bagian dari rantai pasok industri daerah.
Hilirisasi ini menjadi magnet tersendiri bagi investor karena menjanjikan kesinambungan pasokan bahan baku sekaligus potensi ekspor.
“Dengan hilirisasi, investor tidak hanya menanam modal, tetapi ikut membangun ekonomi lokal yang tangguh,” ujar Indah.
Selain pertanian, sektor pariwisata berkelanjutan juga menjadi penopang utama pertumbuhan investasi Lumajang. Alam yang memesona, mulai dari Gunung Semeru, Ranu Pane, Air Terjun Tumpak Sewu, hingga Bukit B29, menjadi modal besar dalam mengembangkan ekowisata.
Pariwisata hijau yang mengedepankan kelestarian alam dan pemberdayaan masyarakat sekitar. Investor yang tertarik tidak hanya diharuskan membangun fasilitas wisata, tetapi juga ikut menjaga lingkungan dan memberdayakan warga lokal.
Salah satu proyek unggulan yang sedang dikembangkan adalah zona wisata Ranu Klakah, Ranu Bedali, Ranu Pakis, yang akan dikemas sebagai kawasan wisata terpadu berbasis konservasi air dan edukasi lingkungan.
“Konsep pariwisata Lumajang bukan mass tourism, tapi eco-tourism yang menjaga keseimbangan antara keuntungan ekonomi dan kelestarian alam,” jelas Indah.
Keberhasilan Lumajang menarik investasi di sektor strategis tidak terlepas dari perubahan tata kelola pelayanan publik. Pemerintah daerah menegaskan komitmen nol pungli dan memperkuat sistem digitalisasi perizinan untuk menciptakan iklim usaha yang aman, cepat, dan transparan.
Dengan tata kelola yang bersih dan kebijakan pembangunan yang terarah, Pemkab optimistis Lumajang akan menjadi salah satu pusat pertumbuhan ekonomi hijau dan berkelanjutan di Jawa Timur.
“Ketika agroindustri tumbuh, wisata berkelanjutan berkembang, dan masyarakat dilibatkan, maka investasi bukan hanya soal angka, tapi juga kesejahteraan yang nyata,” pungkasnya.
Tinggalkan Balasan