Air Terjun Gucialit: Keajaiban Alam Tersembunyi - Lensa Warta

Menu

Mode Gelap
Turis Cina Cedera di Tumpak Sewu, diurut Sangkal Putung Lumajang Cuaca Ekstrem Ancam Jawa Tengah & Jawa Timur, Waspada Hujan Lebat 15–18 September 2025 Pundungsari Park Hadirkan Wahana Baru, Liburan Keluarga Kini Lebih Seru dan Terjangkau Program MBG Lumajang: Dari Pasrujambe, Suapan Bergizi Lahirkan Harapan Generasi Emas Pemkab Lumajang Segarkan Motor Dinas Desa, Layanan Publik Lebih Cepat

Daerah · 7 Agu 2025 05:17 WIB ·

Antrukan Pawon: Surga Tersembunyi Gucialit yang Menantang untuk Dijelajahi


 Antrukan Pawon: Surga Tersembunyi Gucialit yang Menantang untuk Dijelajahi Perbesar

Keindahan Alam yang Masih Perawan

Di balik sejuknya pegunungan Gucialit, Lumajang, tersembunyi sebuah keajaiban alam bernama Antrukan Pawon. Suara gemericik air yang keluar dari celah batu menyambut siapa pun yang datang, seolah membawa mereka masuk ke dunia lain yang penuh kedamaian.

Air Terjun Antrukan Pawon berada di Desa Kertowono, Kecamatan Gucialit. Airnya mengalir dari dalam gua batu, membentuk tirai jernih yang jatuh lembut ke kolam alami di bawahnya. Tempat ini bukan sekadar indah, tetapi juga menghadirkan suasana yang menenangkan jiwa.

Filosofi Nama yang Sarat Makna

Nama Antrukan Pawon berasal dari bahasa Jawa. “Antrukan” berarti lorong sempit, sementara “Pawon” berarti dapur. Ibarat dapur bumi yang sedang ‘memasak’ kesejukan, air yang muncul dari celah batu terasa seperti uap kehidupan yang menghidangkan kedamaian.

Perjalanan Menuju Surga Kecil

Tidak seperti air terjun lainnya yang terbuka dan deras, Antrukan Pawon tersembunyi di balik tebing melingkar seperti pelukan. Pengunjung harus menelusuri jalan setapak, menyibak semak, dan melompati batuan lembab. Tantangan ini justru menjadi bagian dari pengalaman yang tak terlupakan.

Di akhir perjalanan, cahaya matahari yang menyelinap melalui celah tebing membuat air memantulkan kilau seperti kristal. Suasana yang tercipta benar-benar magis.

Petualangan di Balik Air Terjun

Keunikan Antrukan Pawon bukan hanya karena keindahannya, tetapi juga karena pengunjung bisa masuk ke balik air terjun. Mereka dapat menyusuri bagian dalam gua, merasakan embun segar, dan mendengar suara gemuruh air dari balik dinding batu.

Banyak yang menyebutnya sebagai “miniatur surga”. Mereka yang pernah datang sering kembali—bukan hanya untuk melihat, tetapi untuk merasakan kembali ketenangan yang ditawarkan.

Dukungan Pemerintah dan Perubahan Infrastruktur

Dulu, akses menuju lokasi ini sangat sulit. Jalan sempit, minim penerangan, dan tidak ada penunjuk arah. Namun kini, pemerintah desa mulai membenahi akses dan sarana pendukung.

Bupati Lumajang Indah Amperawati (Bunda Indah) bersama Wakil Bupati Yudha Adhi Kusuma (Mas Yudha) telah mengunjungi langsung lokasi ini. Mereka menunjukkan komitmen penuh dalam mengembangkan wisata berbasis alam.

“Waktu saya masih di Dinas Kehutanan, saya pernah ke sini. Dulu jalannya susah. Sekarang, Alhamdulillah sudah banyak kemajuan,” ujar Bunda Indah saat kunjungan lapangan.

Wisata Berbasis Partisipasi Masyarakat

Tidak hanya membangun fisik, pemerintah juga mengajak warga untuk ikut mengelola destinasi ini. Mulai dari menjadi pemandu, pengelola parkir, hingga menjaga kebersihan lingkungan. Konsep ini sejalan dengan arah pembangunan nasional berbasis partisipasi dan pemberdayaan lokal.

Lebih dari Sekadar Wisata

Antrukan Pawon bukan hanya destinasi alam, tetapi juga tempat edukasi. Wisatawan bisa belajar tentang ekosistem hutan, mitos lokal, dan cara hidup yang selaras dengan alam. Ini menjadikan Antrukan Pawon sebagai ikon wisata edukatif dan ekologis.

Seorang pengunjung asal Malang, Arief Suryawan, berbagi kesannya:

“Saya sudah ke Tumpak Sewu, Bromo, dan Ijen. Tapi Antrukan Pawon ini beda. Lebih alami, lebih tenang, dan cocok buat healing.”

Menjaga Kelestarian di Tengah Promosi

Pemerintah daerah menyadari pentingnya menjaga keaslian Antrukan Pawon. Oleh karena itu, sistem kuota kunjungan dan edukasi lingkungan mulai dirancang agar alam tetap terjaga meskipun jumlah wisatawan meningkat.

Wisata seperti ini butuh keseimbangan antara promosi dan konservasi. Ekonomi boleh tumbuh, tapi kelestarian tetap harus dijaga.

Artikel ini telah dibaca 8 kali

badge-check

Reporter

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Baca Lainnya

Tangan Terjepit Reruntuhan, Santri di Sidoarjo Diamputasi di Lokasi Musala Ambruk

30 September 2025 - 19:42 WIB

Bimtek Portal Satu Data, Membangun Sistem Informasi Andal untuk Masa Depan Lumajang

30 September 2025 - 18:23 WIB

Santri Keracunan HCL, Bupati Lumajang Minta Ponpes Lakukan Pembinaan Lebih Ketat

30 September 2025 - 15:50 WIB

Tangis Pecah di Sidoarjo, Tiga Santri Ponpes Al-Khoziny Tewas dalam Tragedi Musala Roboh

30 September 2025 - 13:59 WIB

DPR Desak Audit Nasional Bangunan Pesantren Usai Tragedi Ponpes Roboh di Sidoarjo

30 September 2025 - 13:50 WIB

Selamat dari Reruntuhan, Kisah Santri 13 Tahun Lolos Dari Musala yang Roboh

30 September 2025 - 11:22 WIB

Trending di Daerah