Badai Matahari Diprediksi Terpa Bumi di Akhir 2023 - Lensa Warta

Menu

Mode Gelap
Bupati Lumajang: Keamanan dan Karakter Bangsa Dibangun Bersama, Dimulai dari Akar Pariwisata Ramah Lingkungan dan Perlindungan Lahan Jadi Fokus Legislasi Baru Lumajang Tari Topeng Kaliwungu Tampil Kolosal, 500 Pelajar Lumajang Guncang Panggung Budaya Nusantara Tumpak Sewu Disiapkan Jadi Destinasi Global, SDM Lokal Jadi Pilar Utama Wamen Ni Luh Puspa: Tumpak Sewu Tak Hanya Indah, Tapi Menghidupi Masyarakat

International · 20 Des 2023 11:34 WIB ·

Badai Matahari Diprediksi Terpa Bumi di Akhir 2023


 Badai Matahari, Ilustrasi Foto Berbasis AI : TIm Lensa Warta Perbesar

Badai Matahari, Ilustrasi Foto Berbasis AI : TIm Lensa Warta

Badai Matahari dilaporkan mengarah ke Bumi menjelang akhir tahun 2023. Badai matahari, sebuah fenomena yang berasal dari gangguan pada Matahari, diperkirakan akan berdampak luas pada Tata Surya, termasuk planet kita.

Teleskop Nasa, Ilustrasi Foto Berbasis AI : TIm Lensa Warta

Teleskop Nasa, Ilustrasi Foto Berbasis AI : TIm Lensa Warta

Beberapa hari lalu, teleskop NASA merekam fenomena luar biasa berupa suar Matahari terbesar yang terdeteksi dalam beberapa tahun terakhir. Kejadian ini mengganggu komunikasi radio di berbagai wilayah Bumi.

Pada hari Kamis (16/12), Matahari memancarkan suar besar yang disertai dengan ledakan radio besar-besaran, menghasilkan interferensi radio selama dua jam di sejumlah area Amerika Serikat dan negara lain di seluruh dunia.

Baca Juga: Kasus Covid-19 Melonjak , Warga Malaysia Dihimbau Pakai Masker di Masjid

NOAA, melalui ilmuwan mereka, menyebut kejadian ini sebagai “peristiwa luar biasa”, yang merupakan suar Matahari terbesar sejak tahun 2017. Fenomena ini disebabkan oleh ledakan lokal di permukaan Matahari yang melepaskan radiasi elektromagnetik dengan intensitas tinggi.

Sebuah Unit Layanan Cuaca di Amerika yang bertanggung jawab atas prakiraan cuaca penerbangan menyatakan bahwa mereka belum pernah mengalami kejadian serupa sebelumnya. Dampaknya dirasakan di seluruh AS, termasuk gangguan komunikasi bagi beberapa pilot.

Letusan ini terjadi di bagian barat laut Matahari. NASA’s Solar Dynamics Observatory merekam peristiwa ini dalam sinar ultraviolet ekstrim, mengabadikan gelombang energi kuat sebagai kilatan cahaya yang sangat terang.

Baca Juga: Puluhan Jurnalis Lumajang Ikuti Pelatihan

Diluncurkan pada tahun 2010, pesawat ruang angkasa ini terus mengamati Matahari dari orbit yang sangat tinggi mengelilingi Bumi.

Para ilmuwan saat ini sedang memantau aktivitas bintik Matahari ini serta menganalisis kemungkinan ledakan plasma atau lontaran massa koronal dari Matahari yang mungkin berdampak pada Bumi.

 Ilustrasi Foto Berbasis AI : TIm Lensa Warta

Ilustrasi Foto Berbasis AI : TIm Lensa Warta

Plasma dan medan magnet Matahari yang signifikan dapat memicu badai Matahari yang berpotensi mengganggu sinyal radio frekuensi dan memunculkan cahaya utara atau aurora. Kondisi Matahari mendekati puncak siklusnya sekitar setiap 11 tahun, dengan aktivitas bintik Matahari yang diperkirakan mencapai puncak maksimum pada tahun 2025.

Badai Matahari berpotensi mengganggu satelit dan bisa memicu pemadaman listrik. Studi terbaru menunjukkan bahwa peristiwa geomagnetik semacam ini bahkan dapat mengganggu sistem kereta api karena dapat memengaruhi sinyal.

Sumber : inet.detik.com

Artikel ini telah dibaca 19 kali

badge-check

Reporter

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Baca Lainnya

Kabar Haru dari Tanah Suci: Pasangan Jemaah Haji Lumajang Sambut Kelahiran Putra Prematur di Mekkah

30 Juni 2025 - 12:02 WIB

Satreskrim Polres Pasuruan Kota Gagalkan Pengiriman Enam Calon Pekerja Migran Ilegal ke Malaysia

27 Juni 2025 - 11:49 WIB

760 Jemaah Haji Banyuangi Tertahan di Jeddah, Kepulangan Ditunda Karena Faktor Keamanan

25 Juni 2025 - 11:26 WIB

Imbas Ketegangan Timur Tengah, Dua Kloter Jemaah Haji Asal Banyuwangi Tertahan di Jeddah

25 Juni 2025 - 11:09 WIB

Pisang Mas Kirana Lumajang: Buah Lokal yang Mendunia dan Mengangkat Nama Indonesia

27 Mei 2025 - 21:29 WIB

Benarkah Tarif 32 Persen AS ke Indonesia Adalah Bentuk Balas Dendam Trump? Ini Alasannya

6 April 2025 - 10:05 WIB

Trending di International