Surabaya, – Bencana banjir yang melanda sejumlah wilayah di Provinsi Bali tidak hanya berdampak pada permukiman dan infrastruktur, tetapi juga melumpuhkan transportasi antarprovinsi.
Jalur darat rute Surabaya-Denpasar menjadi salah satu yang terdampak paling parah. Operator bus terpaksa memutar jalur untuk menghindari titik-titik banjir, yang menyebabkan lonjakan biaya operasional, keterlambatan jadwal, hingga penurunan drastis jumlah penumpang.
Di Terminal Purabaya, Sidoarjo, kondisi ini mulai terasa sejak awal pekan. Biasanya, ada sekitar 10 armada bus setiap hari yang melayani rute Surabaya-Bali. Namun dalam beberapa hari terakhir, jumlah penumpang dilaporkan menurun hingga 50 persen.
Baca juga: Mahasiswa Tuntut Reformasi Parpol, DPRD Jember: Ini Momentum Perbaikan Politik
“Jumlah penumpang menjadi turun drastis hingga 50 persen, Mas. Banyak yang batal berangkat karena khawatir perjalanan terganggu atau terlalu lama,” ujar Banyak, pengurus PO Angkasa Trans Jaya, Kamis (11/9/25).
Selain menambah ongkos bahan bakar, rute alternatif juga membuat jadwal perjalanan jadi kacau. Jika sebelumnya bus bisa tiba di Terminal Ubung Denpasar sekitar pukul 06.00-06.30 WITA, kini banyak bus baru sampai hampir pukul 10.00 WITA.
Baca juga: Koperasi Merah Putih Pasuruan Mandek, Ketua: Tak Ada Modal yang Bisa Dikelola
“Kemarin, jam 9 pagi baru sampai Mengwi. Sampai Ubung hampir jam 10.00. Padahal biasanya jam 6 udah nyampe,” tambah Umar.
Dalam kondisi normal, bus dari Surabaya menuju Bali akan melalui jalur Negara, Kabupaten Jembrana, yang merupakan rute utama dan relatif cepat.
Namun, akibat banjir yang merendam puluhan titik di Jembrana dan Badung, operator bus tidak punya pilihan selain memutar melalui Singaraja, Kabupaten Buleleng jalur yang lebih jauh dan memakan waktu tambahan beberapa jam.
“Biasanya biaya BBM untuk satu kali perjalanan itu sekitar Rp1,3 juta. Tapi sekarang karena harus memutar lewat Singaraja, biayanya nambah sekitar Rp250 ribu,” jelas Umar, pengurus PO Bali Perdana.
Tinggalkan Balasan