Lumajang, – Serangan hama wereng semakin meluas dan meresahkan para petani di Kabupaten Lumajang. Sejumlah desa seperti Denok, Blukon, Boreng, Rogotrunan, hingga Kelurahan Jogoyudan kini ditetapkan sebagai zona merah karena intensitas serangan hama yang sangat tinggi. Ribuan hektare sawah di desa-desa ini mengalami kerusakan parah, dengan risiko gagal panen yang kian nyata.
Kondisi terburuk terjadi saat tanaman padi memasuki fase generatif, masa krusial ketika padi berbunga dan mulai membentuk bulir. Di saat inilah hama wereng menyerang dengan menghisap cairan tanaman, menyebabkan pertumbuhan terganggu dan berujung pada kematian tanaman.
Baca juga: Sidang Tuntutan Kasus Narkotika Muh. Bayjuri di Lumajang Ditunda Pekan Depan
Munawati, salah satu petani di wilayah Desa Denok, mengaku kehilangan harapan untuk menyelamatkan tanamannya. Ia menyebut serangan hama ini sebagai yang terburuk dalam beberapa tahun terakhir.
“Rugi banget kalau sudah begini. Dari Mei sudah mulai kelihatan, tapi makin parah di awal Juli. Sudah semprot beberapa kali, tapi tetap enggak bisa kendalikan,” ujar Munawati dengan nada lesu, Kamis (10/7/25).
Baca juga: BUMD Baru Resmi Berdiri, PT. BPR Bank Lumajang Siap Dorong Akses Permodalan UMKM
Tak hanya di Denok, nasib serupa juga dialami petani di Blukon dan Jogoyudan. Beberapa dari mereka bahkan mengaku mempertimbangkan untuk tidak menanam kembali musim depan jika tidak ada jaminan perlindungan dari hama.
Pemerintah daerah kini tengah melakukan pemantauan intensif di wilayah terdampak. Namun, para petani berharap intervensi lebih nyata dalam bentuk bantuan pestisida, pelatihan, dan pendampingan lapangan.
“Kalau hanya pantau tanpa tindakan, kami keburu habis semua,” ujar Suwito, petani dari Boreng.
Menanggapi kondisi ini, Ketua Himpunan Kerukunan Tani Indonesia (HKTI) Lumajang, Ishkak Subagyo, menegaskan perlunya Gerakan Pengendalian Hama Terpadu (Gerdal) dilakukan secara serentak dan berkala. Ia mengingatkan bahwa serangan wereng tidak bisa ditangani secara individu, melainkan harus melalui kerja kolektif petani dan dukungan pemerintah.
“Kalau petani hanya semprot sendiri-sendiri, werengnya cuma pindah tempat. Harus Gerdal serentak dan diawasi. Itu kuncinya,” tegas Ishkak.
Ia juga menyebut bahwa pola tanam serempak, rotasi tanaman, dan pemantauan hama secara berkala menjadi langkah penting untuk menghindari wabah hama di musim tanam berikutnya.
Ia menambahkan, serangan wereng kali ini tercatat menyerang 11 kecamatan di Lumajang. Selain wilayah inti di Kecamatan Lumajang, hama juga ditemukan di Sukodono, Kedungjajang, Jatiroto, Rowokangkung, Tekung, Candipuro, Padang, Yosowilangun, Kunir, dan Pasirian.
“Data sementara mencatat sekitar 1,8 hektare sawah telah mengalami kerusakan berat, namun angka ini kemungkinan masih akan bertambah seiring meluasnya serangan,” jelasnya.
Tinggalkan Balasan