Banyuwangi, – Di tengah krisis lalu lintas yang melumpuhkan hampir seluruh akses darat menuju Banyuwangi, Pemerintah Kabupaten Banyuwangi tetap bersikukuh menggelar ajang balap sepeda internasional Tour de Banyuwangi Ijen (TdBI) pada 28–31 Juli 2025.
Penutupan total Jalur Gumitir sejak hari ini (24/7/25) serta kemacetan parah di Pantura Situbondo–Ketapang akibat antrean penyeberangan sepanjang 14 kilometer telah membuat wilayah Banyuwangi nyaris terisolasi.
Di tengah situasi itu, kehadiran TdBI justru akan menambah beban lalu lintas dengan penutupan sejumlah ruas jalan utama seperti Genteng–Banyuwangi Kota.
“Sebaiknya jangan ke Banyuwangi dulu kalau tidak mendesak. Semua akses darat rawan macet parah,” ujar Hilman, warga lokal yang ikut menyuarakan keresahan masyarakat.
Baca juga: Penutupan Jalur Gunung Gumitir Menuai Proses Pembahasan, Dishub Banyuwangi Minta Masyarakat Bersabar
Kepala Dinas Perhubungan Jawa Timur, Nyono, bahkan menyebut kondisi saat ini sebagai darurat logistik. Menurutnya, penutupan total Jalur Gumitir tanpa sistem buka-tutup sangat berisiko, apalagi jalur alternatif seperti kawasan Ijen tidak layak dilalui truk besar.
Sementara di sisi utara, arus logistik via Pelabuhan Ketapang tersendat karena hanya empat kapal yang beroperasi di dermaga LCM.
“Kalau Gumitir ditutup dan Pantura belum terurai, Banyuwangi bisa benar-benar lumpuh. Ini bukan lagi soal wisata, tapi distribusi barang dan ekonomi daerah,” tegas Nyono.
Namun demikian, Pemkab Banyuwangi tetap melanjutkan pelaksanaan TdBI 2025 yang masuk dalam kalender resmi Union Cycliste Internationale (UCI).
Bupati Banyuwangi, Ipuk Fiestiandani, menyatakan bahwa event ini bersifat strategis untuk promosi daerah.
Baca juga: Gunung Semeru Erupsi Lima Kali dalam Sehari, Kolom Abu Capai 1.000 Meter
“Kami tetap gelar Tour de Ijen karena ini bukan sekadar olahraga, tapi juga promosi wisata, dorong ekonomi rakyat, dan bentuk konsolidasi infrastruktur,” ujarnya.
Pernyataan itu menuai beragam reaksi. Sejumlah pihak mempertanyakan prioritas penyelenggaraan event besar di tengah kemacetan ekstrem dan ancaman krisis transportasi.
Warga dan pengusaha logistik mengaku khawatir situasi bakal memburuk. Truk-truk tronton dilaporkan mogok berjam-jam di jalur utara. Pengendara dari arah Watudodol bahkan harus menempuh waktu hingga 7 jam hanya untuk menuju pusat kota Banyuwangi.
Di sisi lain, Dishub Jatim mengusulkan kepada pemerintah pusat untuk segera mengaktifkan jalur laut alternatif Jangkar–Padang Bai atau Celukan Bawang (Bali Utara) sebagai solusi jangka panjang distribusi barang ke dan dari Banyuwangi.
Tinggalkan Balasan