Sumenep, Jawa Timur – Wabah campak yang melanda Kabupaten Sumenep sejak awal 2025 akhirnya ditetapkan sebagai Kejadian Luar Biasa (KLB). Hingga Agustus 2025, tercatat sudah 17 anak meninggal dunia akibat penyakit ini. Fakta mencengangkan muncul ketika Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur mengungkap, 16 dari 17 korban sama sekali tidak pernah menerima imunisasi, sementara satu anak lainnya hanya mendapat imunisasi tidak lengkap.
Baca juga: Wabah Campak Sumenep: 17 Anak Meninggal, Vaksinasi Ditolak dan Hoaks Jadi Penghalang
Kondisi ini menunjukkan betapa pentingnya vaksinasi sebagai perlindungan dasar anak. Sayangnya, di lapangan masih banyak masyarakat yang terpengaruh oleh hoaks vaksin. Beberapa orang tua menolak imunisasi karena percaya pada kabar palsu terkait efek samping dan isu kehalalan vaksin.
Sejumlah tenaga kesehatan di Sumenep mengaku menghadapi penolakan dari orang tua ketika menjalankan program vaksinasi. Alasannya beragam: mulai dari keyakinan bahwa campak hanyalah penyakit ringan, hingga kabar bohong di media sosial yang menyebut vaksin berbahaya atau tidak halal.
Kondisi semakin parah dengan kurangnya sosialisasi berbasis agama dan budaya. Banyak orang tua lebih percaya pada cerita dari lingkungan sekitar daripada keterangan resmi tenaga medis. Akibatnya, imunisasi anak dianggap tidak terlalu penting, padahal campak dapat memicu komplikasi serius seperti pneumonia, diare berat, bahkan kematian.
Menurut data Dinas Kesehatan Jatim, cakupan imunisasi campak tahun lalu hanya mencapai 72 persen, jauh dari target nasional 95 persen. Rendahnya capaian ini memperbesar risiko terjadinya outbreak campak seperti yang terjadi di Sumenep saat ini.
Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa menegaskan pentingnya melawan hoaks dan mengedukasi masyarakat. Ia bahkan menggandeng tokoh agama dan tokoh masyarakat agar ikut menyampaikan pesan bahwa vaksin aman dan halal.
“Jangan sampai anak-anak menjadi korban karena informasi keliru. Campak bukan penyakit ringan, komplikasinya bisa sangat berbahaya,” tegas Khofifah.
Respons Cepat Pemerintah
Sebagai langkah tanggap darurat, Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa mengirim 9.825 vial vaksin Measles Rubella (MR) untuk penanggulangan awal.
Selain vaksinasi, Pemprov juga menyiapkan on the job training (OJT) kajian epidemiologi KLB bagi seluruh puskesmas, serta koordinasi lintas Madura Raya dan Surabaya untuk mencegah penyebaran ke daerah lain.
“Target minimal 95 persen anak tervaksin agar terbentuk herd immunity,” tegas Khofifah, Sabtu (23/8) lalu.
Khofifah juga meminta masyarakat aktif meningkatkan kesadaran soal gejala campak dan pentingnya imunisasi.
Tinggalkan Balasan