Lumajang, – Hujan deras yang mengguyur Kabupaten Lumajang selama dua hari berturut-turut menyebabkan jembatan penghubung antara Kecamatan Senduro dan Gucialit di Desa Kandangan ambrol ke Sungai Kali Tutur, Jumat (19/9/25) siang.
Kejadian ini mengakibatkan terputusnya akses utama bagi warga dari empat desa, yaitu Kandangan, Wono Cempoko Ayu, Bedayu, dan Bedayu Talang.
Jembatan yang sudah menunjukkan kerusakan sejak Kamis sore itu akhirnya tidak mampu menahan derasnya arus sungai dan ambruk keesokan harinya.
Warga sempat menutup akses untuk kendaraan roda empat, namun masih mengizinkan sepeda motor melintas secara hati-hati hingga kondisi jembatan benar-benar runtuh.
Menyadari pentingnya akses bagi aktivitas harian dan ekonomi warga, masyarakat dari beberapa desa terdampak langsung berinisiatif membangun jembatan darurat dari bambu.
Baca juga: Wisata Petualangan Dongkrak Ekonomi Lumajang, UMKM Lokal Kebanjiran Berkah
Kepala Desa Kandang Tepus, Suryadi, menyampaikan apresiasinya atas semangat gotong royong warga.
“Alhamdulillah, antusiasme masyarakat luar biasa. Warga dari tiga desa – Gandangan, Kandang Tepus, dan Cepok Payu gotong royong membangun jembatan sementara. Ini murni inisiatif masyarakat demi akses yang tetap bisa dilalui, setidaknya oleh roda dua,” kata Suryadi, Sabtu (20/9/25).
Baca juga: Wali Kota Malang Ajak RT/RW Hidupkan Kembali Siskamling
Menanggapi kondisi darurat tersebut, Bupati Lumajang Indah Amperawati menyatakan pemerintah daerah telah bergerak cepat dengan mengalokasikan Belanja Tidak Terduga (BTT) untuk memperkuat jembatan darurat menjadi jembatan semi permanen.
“Saat ini kita prioritaskan penguatan jembatan darurat yang dibangun warga. Pemerintah akan segera mengucurkan dana BTT untuk memperkuat struktur bambu agar lebih aman digunakan kendaraan roda dua,” jelasnya.
Namun, ia menegaskan pembangunan jembatan permanen tetap harus mengikuti prosedur anggaran yang berlaku. Proses tersebut mencakup tahapan desain teknis, penyusunan Rencana Anggaran Biaya (RAB), hingga proses lelang, mengingat nilai proyek yang diperkirakan mencapai Rp3 miliar hingga Rp3,5 miliar.
“Kalau untuk jembatan permanen tidak bisa pakai BTT, harus dianggarkan secara resmi. Ini butuh proses, dan kita sedang jalankan semuanya dengan cepat. Kami juga berkoordinasi dengan Ibu Gubernur agar bisa mendapat dukungan dari provinsi,” tambahnya.
Sementara proses tersebut berlangsung, warga diminta bersabar. Kendaraan roda empat dapat mengambil jalur alternatif dengan waktu tempuh tambahan sekitar 10–15 menit.
Pemerintah juga berjanji akan memasang penerangan di sekitar jembatan darurat untuk menjamin keamanan warga pada malam hari.
Langkah antisipatif dari warga, diikuti dengan dukungan dari pemerintah, memberikan harapan bahwa dalam situasi darurat sekalipun, solusi tetap dapat ditemukan bersama.
“Yang penting saat ini adalah warga tetap bisa beraktivitas, anak-anak bisa ke sekolah, orang tua ke sawah, dan yang beribadah bisa tetap ke pura,” pungkasnya.
Tinggalkan Balasan