Surabaya, – Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya berhasil menyulap aset-aset tidak terpakai milik daerah menjadi lahan produktif yang menggerakkan roda perekonomian warga miskin.
Langkah inovatif ini menjadi bagian dari program padat karya yang diinisiasi oleh Wali Kota Surabaya, Eri Cahyadi, dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat berpenghasilan rendah.
Dalam forum LPS Financial Festival Surabaya hari kedua, Kamis (7/8/25), Eri Cahyadi mengungkapkan bahwa pendekatan ini tidak hanya membuka lapangan kerja baru, tetapi juga meningkatkan penghasilan warga secara signifikan.
Baca juga: Dua Motor Mahasiswa Dicuri, Unej Tarik Peserta KKN dari Desa Alun-alun Lumajang
“Kami manfaatkan aset-aset kota yang selama ini nganggur. Misalnya, ketika kami punya anggaran untuk pembangunan paving, itu kami serahkan ke warga yang tidak punya pekerjaan. Mereka kami kumpulkan, dibuatkan sistem kerja seperti pabrik, dan memproduksi paving dengan alat yang kami sediakan,” terang Eri.
Dari program padat karya tersebut, pendapatan warga yang semula hanya sekitar Rp 500 ribu per bulan, melonjak drastis hingga mencapai Rp 6 juta per orang.
Program ini tidak hanya menekan angka pengangguran, tetapi juga mendorong kemandirian ekonomi di tingkat akar rumput.
Baca juga: Bupati Lumajang: Tidak Ada Lagi Penari Seksi di Sound Horeg
Namun, Eri juga menyoroti tantangan baru yang muncul seiring peningkatan pendapatan, yakni rendahnya literasi keuangan. Banyak warga, katanya, langsung menghabiskan uang tanpa menyisihkan untuk tabungan atau investasi masa depan.
“Masalahnya, mereka dapat uang langsung habis. Setelah meningkatkan pendapatan, tantangan selanjutnya adalah pembinaan agar mereka bisa menyimpan uang di bank,” ujarnya.
Ke depan, Pemkot Surabaya berkomitmen tidak hanya menciptakan lapangan kerja, tetapi juga membina masyarakat dalam pengelolaan keuangan.
Hal ini menjadi bagian dari strategi besar Eri Cahyadi untuk mendorong pertumbuhan ekonomi kerakyatan yang berkelanjutan.
Selain padat karya, Pemkot juga menjalankan program digitalisasi UMKM melalui platform e-Peken yang telah mencatat perputaran uang hingga Rp 188 miliar.
Sinergi antara pemberdayaan aset, digitalisasi, dan edukasi keuangan menjadi kekuatan utama Surabaya dalam membangun ekonomi berbasis kerakyatan.
Tinggalkan Balasan