Eskalasi konflik di Gaza, dengan jumlah tentara Israel yang meningkat hampir dua kali lipat dari serangan darat sebelumnya pada 2014. Ada penjelasan dari para pakar militer, komandan Israel, serta sumber Hamas yang menyoroti bagaimana Hamas menggunakan senjata canggih dan jaringan terowongan yang luas untuk mengubah medan perang Gaza menjadi lingkungan yang sangat mematikan bagi tentara Israel.
Senjata-senjata yang dimiliki Hamas, mulai dari drone hingga senjata anti-tank yang dilengkapi dengan muatan ganda yang kuat, menjadi fokus utama dalam konflik ini.
Serangan Israel yang dimulai pada akhir Oktober menyebabkan sekitar 110 tentara Israel tewas, sebagian besar adalah awak tank. Perbandingannya dengan serangan tahun 2014 menunjukkan perbedaan yang signifikan, dengan tentara Israel saat ini beroperasi jauh lebih dalam ke dalam wilayah Gaza.
Pakar militer seperti Yaacov Amidror, seorang pensiunan mayor jenderal Israel dan mantan penasihat keamanan nasional, menyatakan bahwa solusi untuk menemukan terowongan Hamas masih menjadi tantangan besar.
Jaringan terowongan ini telah berkembang pesat dalam dekade terakhir, membuat Israel kesulitan menghadapinya.
Konflik ini dimulai setelah serangan bersenjata oleh Hamas pada Oktober 2023, yang memicu gelombang serangan balasan dari Israel. Di tengah konflik ini, terdapat upaya internasional untuk mencapai gencatan senjata.
Namun, pernyataan Perdana Menteri Benjamin Netanyahu bahwa perang akan berlanjut hingga “kemenangan mutlak” menandakan ketegangan yang belum mereda.
Meski kedua belah pihak merasakan dampak yang signifikan dari konflik ini, masih terdapat ketidakpastian mengenai korban dan jumlah pasukan yang diterjunkan ke medan perang, sementara upaya-upaya untuk mencari jalan keluar dari situasi ini terus berlanjut.
Tinggalkan Balasan