Lumajang, – Perhelatan akbar Segoro Topeng Kaliwungu tahun ini tidak hanya memukau dengan pesona seni dan budaya yang magis, tetapi juga mengukuhkan posisinya sebagai salah satu penggerak ekonomi kreatif di Lumajang.
Pengakuan prestisius dari Kementerian Pariwisata sebagai bagian dari Karisma Event Nusantara (KEN) 2025 menjadi bukti nyata kontribusi event ini dalam sektor pariwisata dan ekonomi lokal.
Wakil Menteri Pariwisata Indonesia, Ni Luh Puspa, yang hadir langsung dalam acara tersebut, menegaskan pentingnya konsistensi dan dampak nyata sebuah event untuk bisa lolos kurasi KEN.
“Segoro Topeng Kaliwungu telah memenuhi semua kriteria tersebut,” ungkap Ni Luh, Minggu (29/6/25).
Menurutnya, dari 110 event yang dikurasi secara ketat oleh tim independen, hanya segelintir yang berhasil lolos, dan Lumajang kini termasuk di dalamnya.
Lebih dari sekadar sebuah pertunjukan, kehadiran Segoro Topeng Kaliwungu di dalam daftar KEN menandakan peningkatan signifikan pergerakan wisatawan, baik domestik maupun mancanegara. Dampak ekonomi yang ditimbulkan pun terasa langsung oleh masyarakat.
Ni Luh menyoroti bagaimana event semacam ini menjadi katalis bagi perputaran uang yang riil, melibatkan mulai dari pelaku seni, Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM), hingga para pedagang lokal. Ini membuktikan bahwa investasi pada budaya dan pariwisata adalah investasi pada kesejahteraan masyarakat.
Bupati Lumajang, Indah Amperawati, tidak dapat menyembunyikan rasa bangganya. Lumajang menjadi salah satu dari hanya 11 kabupaten atau kota di seluruh Indonesia yang berhasil menembus seleksi ketat KEN tahun ini. “Ini luar biasa,” ucap Bupati Indah.
Ia pun mengungkapkan ambisi Lumajang untuk terus berinovasi. Dalam pembicaraan dengan Wakil Menteri, tersirat potensi satu event Lumajang lainnya yang bisa menyusul masuk kalender nasional.
“Kami akan berusaha menghasilkan yang terbaik dan memberikan kejutan untuk masyarakat Lumajang,” imbuhnya.
Peran serta generasi muda juga menjadi kunci keberhasilan Segoro Topeng Kaliwungu. Pagelaran kolosal tahun ini melibatkan sekitar 500 pelajar dari berbagai sekolah di Lumajang.
“Mereka tidak hanya tampil, tetapi juga berkolaborasi dengan Jaran Kenca, sebuah warisan budaya takbenda yang telah diakui sejak tahun 2016. Kolaborasi ini memperkaya dimensi seni pertunjukan dan menjadi jembatan antara tradisi dan inovasi,” pungkasnya.
Tinggalkan Balasan