Surabaya, – Kementerian Perhubungan (Kemenhub) kembali mengusung proyek besar di sektor transportasi rel melalui pembangunan Kereta Rel Listrik (KRL) di jalur Surabaya-Sidoarjo. Proyek yang dinamakan Surabaya Regional Railway Line (SRRL) ini menjadi bagian dari transformasi transportasi perkotaan di Jawa Timur.
Berbeda dari pembangunan jalur kereta api pada umumnya, proyek SRRL akan memanfaatkan jalur eksisting atau jalur lama yang saat ini masih digunakan untuk kereta konvensional. Jalur tersebut akan dikonversi dari single track menjadi double track, dan dilengkapi dengan sistem elektrifikasi guna mendukung operasional KRL berbasis listrik.
Direktur Lalu Lintas dan Angkutan Kereta Api DJKA Kemenhub, Arif Anwar, menegaskan bahwa proyek ini tidak memerlukan pembebasan lahan baru karena akan memaksimalkan infrastruktur yang sudah ada.
Baca juga: DLH Lumajang Targetkan Administrasi Rehabilitasi Alun-Alun Rampung Minggu Ini
“SRRL ini ada di jalur eksisting, jadi pekerjaannya nanti adalah pembangunan double track dan elektrifikasi di jalur lama dari Pasar Turi ke Sidoarjo,” jelas Arif Selasa (16/9/25).
Salah satu fokus utama proyek ini adalah mengubah jalur single track menjadi double track, guna meningkatkan kapasitas dan frekuensi perjalanan. Selama ini, keterbatasan kapasitas jalur tunggal menjadi kendala utama dalam lalu lintas kereta api lintas Surabaya dan sekitarnya.
Baca juga: Surabaya-Sidoarjo Bakal Terkoneksi KRL Modern, Dapat Suntikan Dana Rp 4,1 Triliun dari Jerman
Dengan dua jalur rel aktif, arus perjalanan kereta akan menjadi lebih lancar dan fleksibel, memungkinkan kereta melaju dua arah tanpa harus menunggu giliran atau saling menunggu silang.
Modernisasi jalur tidak berhenti di sana. Pemerintah juga akan membangun sistem Listrik Aliran Atas (LAA) atau overhead catenary system, sebagai bagian dari proses elektrifikasi jalur. Sistem ini menjadi infrastruktur utama dalam mendukung operasi KRL, yang lebih ramah lingkungan dibandingkan kereta berbahan bakar diesel.
Dengan adanya LAA, proyek ini tidak hanya meningkatkan kapasitas dan efisiensi, tetapi juga menjadi langkah konkret menuju transportasi rendah emisi di kawasan urban.
Pendekatan teknis dengan memanfaatkan jalur lama ini dinilai sebagai solusi paling rasional. Selain menekan biaya investasi, langkah ini juga mempercepat proses konstruksi karena tidak perlu memulai dari nol.
“Ini adalah bentuk efisiensi ruang dan biaya. Kita tidak perlu membuka jalur baru, cukup optimalkan yang sudah ada, dengan teknologi yang lebih modern,” terang Arif.
Sebagai tahap awal, pembangunan SRRL akan difokuskan pada koridor Stasiun Gubeng hingga Stasiun Sidoarjo, dengan pendanaan sebesar US$ 250 juta dari Bank Pembangunan Jerman (KfW).
Tinggalkan Balasan