Wabah Campak Sumenep jadi sorotan nasional. Wabah campak di Jawa Timur, khususnya di Kabupaten Sumenep, kini menjadi perhatian publik setelah pemerintah menetapkan status Kejadian Luar Biasa (KLB). Sebanyak 17 anak meninggal dunia akibat campak sejak Januari hingga Agustus 2025. Fakta ini menunjukkan betapa seriusnya ancaman penyakit menular bila imunisasi anak diabaikan.
Baca juga: Viral Radioactive Shrimp Walmart, FDA Tarik Produk Udang Beku Walmart
Hingga kini, tercatat lebih dari 2.000 kasus suspek campak di 26 kecamatan. Dari 17 korban meninggal, 16 anak tidak pernah diimunisasi sama sekali, sementara satu anak hanya menerima imunisasi tidak lengkap. Data ini menegaskan bahwa penolakan vaksin masih menjadi masalah besar di masyarakat.
Penyebab Rendahnya Imunisasi Campak di Jawa Timur
Cakupan imunisasi campak di Jawa Timur tahun lalu hanya 72%, jauh di bawah target nasional 95%. Rendahnya capaian ini dipicu oleh beberapa faktor, di antaranya:
- Hoaks vaksinasi yang menyebar di media sosial, menimbulkan keraguan orang tua. 
- Isu soal kehalalan vaksin yang masih sering diperdebatkan. 
- Anggapan campak atau “tampek” hanya penyakit ringan sehingga tidak perlu pencegahan serius. 
Padahal, campak bukan penyakit sepele. Bila tidak segera vaksinasi, komplikasinya bisa menyebabkan pneumonia, diare berat, hingga kematian pada anak.
Respons Cepat Pemerintah: Vaksinasi Massal atasi Wabah Campak Sumenep
Untuk menekan lonjakan kasus, pemerintah pusat dan daerah bergerak cepat. Sebanyak 9.825 vial vaksin MR (Measles-Rubella) dikirim ke Sumenep sebagai langkah awal.
Program Outbreak Response Immunization (ORI) atau vaksinasi massal mulai 25 Agustus hingga 14 September 2025, menyasar anak usia 9 bulan sampai 6 tahun. Targetnya adalah 95% cakupan vaksinasi agar rantai penularan segera terhenti.
Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa juga turun langsung meninjau pelaksanaan vaksinasi, memberi santunan kepada keluarga korban, serta mengajak masyarakat tidak lagi termakan hoaks.
“Saya juga meminta kepada masyarakat untuk aktif mendorong kepedulian terkait gejala, komplikasi, dan pencegahan campak dengan imunisasi. Intinya target pelaksanaan ORI ini minimal 95 persen agar anak-anak terlindungi dan nantinya membentuk herd immunity,” ucap Khofifah.
Tantangan Penolakan Vaksinasi
Meski program vaksinasi massal berjalan, tantangan besar tetap ada. Penolakan vaksin masih tinggi, terutama karena pengaruh hoaks dan minimnya edukasi berbasis agama. Banyak orang tua menolak anaknya ikut imunisasi karena alasan keyakinan atau takut efek samping.
Padahal, data jelas menunjukkan bahwa anak yang belum vaksin lebih rentan tertular dan meninggal akibat campak. Oleh sebab itu, edukasi dari tokoh agama, guru, dan komunitas lokal sangat penting untuk mengikis keraguan masyarakat.
Kasus wabah campak Sumenep menjadi peringatan keras bagi Jawa Timur dan Indonesia. Kematian 17 anak akibat rendahnya cakupan imunisasi membuktikan betapa pentingnya vaksinasi. Pemerintah sudah meluncurkan vaksinasi massal, namun keberhasilan program sangat bergantung pada kesadaran masyarakat untuk melindungi anak-anak dari penyakit mematikan.

 
 





 
  
  
  
  
  
 
Tinggalkan Balasan