Melasti di Watu Pecak: Spiritualitas dan Harmoni Umat Hindu Tengger Lumajang - Lensa Warta

Menu

Mode Gelap
Bupati Lumajang: Keamanan dan Karakter Bangsa Dibangun Bersama, Dimulai dari Akar Pariwisata Ramah Lingkungan dan Perlindungan Lahan Jadi Fokus Legislasi Baru Lumajang Tari Topeng Kaliwungu Tampil Kolosal, 500 Pelajar Lumajang Guncang Panggung Budaya Nusantara Tumpak Sewu Disiapkan Jadi Destinasi Global, SDM Lokal Jadi Pilar Utama Wamen Ni Luh Puspa: Tumpak Sewu Tak Hanya Indah, Tapi Menghidupi Masyarakat

Daerah · 24 Mar 2025 12:09 WIB ·

Melasti di Watu Pecak: Spiritualitas dan Harmoni Umat Hindu Tengger Lumajang


 Melasti di Watu Pecak: Spiritualitas dan Harmoni Umat Hindu Tengger Lumajang Perbesar

Lensa Warta – Ribuan umat Hindu Tengger dari sekitar Gunung Semeru dan Bromo berkumpul di Pantai Watu Pecak, Desa Selok Awar-Awar, Lumajang pada Minggu (23/3/2025) untuk menjalani prosesi Melasti. Ini adalah bagian dari perayaan Hari Raya Nyepi Tahun Baru Saka 1947. Makna Melasti sangat dalam. Ini adalah cara untuk menyucikan diri dan lingkungan.

Sejak pagi, orang-orang datang mengenakan pakaian adat Bali dan Tengger. Musik gamelan Bale Ganjur mengiringi pemangku adat yang membawa sesaji dan jempana – tempat persembahan yang dihias dengan kain suci – menuju pantai.

Menurut Ketua Parisada Hindu Dharma Indonesia (PHDI) Lumajang, Teguh Widodo, tujuan Melasti adalah menyucikan dua aspek penting: Buana Agung (alam semesta) dan Buana Alit (diri manusia). Sekitar 2.500 umat Hindu ikut ritual ini. Mereka mempersiapkan diri untuk Catur Brata Penyepian.

Selama prosesi, ada tarian sakral seperti Rejang Renteng dan Rejang Dewa yang ditampilkan oleh para perempuan. Tarian ini melambangkan kesucian dan merupakan persembahan kepada Sang Hyang Widhi Wasa.

Banyak sesaji seperti bunga, buah, dan bahkan hewan kecil seperti ayam, dilepas ke laut. Ini sebagai simbol pembersihan jiwa dari kekotoran. Wayan Sudarma, seorang umat dari Kecamatan Senduro, mengatakan, “Kami percaya laut dapat menyucikan. Melalui Melasti, kami mohon berkah dan keseimbangan hidup.”

Di tengah doa dan mantra suci, asap dupa mengisi udara. Suasana jadi khusyuk. Para umat menundukkan kepala, merapatkan tangan, dan berdoa dengan penuh penghayatan.

Pantai Watu Pecak menjadi tempat penting dalam ritual ini. Ombak seolah menyambut doa-doa yang dipanjatkan. Bagi Hindu Tengger, Melasti bukan hanya tradisi tahunan. Ini adalah simbol rasa syukur dan keharmonisan dengan alam.

Ada juga nilai sosial dalam ritual ini. Melasti mempererat hubungan antarumat. Ni Ketut Sri dari Desa Argosari mengatakan, “Kami datang bersama keluarga. Ini memperkuat persaudaraan.”

Menariknya, umat non-Hindu juga ikut menyaksikan dengan penuh rasa hormat. Joko, seorang warga Pasirian, berkata, “Saya hadir setiap tahun. Ritual ini mengajarkan pentingnya hidup selaras dengan alam.”

Semakin lama, Melasti di Watu Pecak semakin dikenal, menarik perhatian wisatawan dan fotografer. Keindahan visual, makna spiritual, dan nilai budaya membuat upacara ini menarik.

Ritual ditutup dengan siraman air suci dari pemangku adat. Air ini diyakini membawa berkah dan membersihkan energi negatif. Teguh Widodo menekankan pentingnya Tri Hita Karana. Filosofi ini mengajak kita hidup harmonis dengan Tuhan, sesama, dan alam.

“Harapan kami, melalui upacara ini, umat Hindu dapat menjaga keseimbangan hidup dan menyebarkan kedamaian,” tutupnya.

Melasti bukan sekadar ritual. Ini adalah bagian dari filosofi kehidupan masyarakat Tengger. Setelah upacara, peserta pulang dengan semangat baru untuk menyambut Hari Nyepi, hari untuk refleksi dan pembaharuan spiritual.

Artikel ini telah dibaca 6 kali

badge-check

Reporter

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Baca Lainnya

Zamroni SH Dorong Penggunaan Material Pabrikasi di Proyek Infrastruktur, Namun Tetap Prioritaskan Keterlibatan Masyarakat

2 Juli 2025 - 18:32 WIB

Pencarian Enam Nelayan Jember yang Hilang di Laut Puger Diperluas, Keluarga Gelar Doa Bersama

2 Juli 2025 - 15:20 WIB

Tembok Lapuk di Lantai 3 Pasar Besar Malang Ambruk, Seorang PKL Alami Luka Serius

2 Juli 2025 - 13:41 WIB

Pemkot Surabaya Terapkan Jam Malam untuk Lindungi Anak dari Risiko Negatif

2 Juli 2025 - 09:40 WIB

Ponpes Besuk Keluarkan Fatwa Haram untuk Penggunaan Sound Horeg

1 Juli 2025 - 18:28 WIB

Bupati Lumajang: Keamanan dan Karakter Bangsa Dibangun Bersama, Dimulai dari Akar

1 Juli 2025 - 16:11 WIB

Trending di Daerah