Dharma Shanti di Pura MGSA Senduro Lumajang: Harmoni Keberagaman dan Refleksi Moderasi Beragama - Lensa Warta

Menu

Mode Gelap
Turis Cina Cedera di Tumpak Sewu, diurut Sangkal Putung Lumajang Cuaca Ekstrem Ancam Jawa Tengah & Jawa Timur, Waspada Hujan Lebat 15–18 September 2025 Pundungsari Park Hadirkan Wahana Baru, Liburan Keluarga Kini Lebih Seru dan Terjangkau Program MBG Lumajang: Dari Pasrujambe, Suapan Bergizi Lahirkan Harapan Generasi Emas Pemkab Lumajang Segarkan Motor Dinas Desa, Layanan Publik Lebih Cepat

Daerah · 27 Apr 2025 18:08 WIB ·

Dharma Shanti di Pura MGSA Senduro Lumajang: Harmoni Keberagaman dan Refleksi Moderasi Beragama


 Dharma Shanti di Pura MGSA Senduro Lumajang: Harmoni Keberagaman dan Refleksi Moderasi Beragama Perbesar

Lensa Warta – Dalam suasana sakral di kaki Gunung Semeru, masyarakat Lumajang memperingati Hari Raya Nyepi sebagai simbol harmoni keberagaman dan moderasi beragama. Perayaan ini dipusatkan di Pura Mandara Giri Semeru Agung, Desa Sumberwuluh, Kecamatan Candipuro, pada Sabtu (26/4/2025).

Upacara diawali dengan Melasti, prosesi pembersihan diri dan alam semesta, serta dilanjutkan dengan Tawur Kesanga sebagai upaya harmonisasi hubungan manusia dan alam. Puncaknya, Dharma Shanti menjadi momen untuk saling memaafkan dan mempererat persaudaraan lintas umat beragama.

Wakil Bupati Lumajang, Yudha Adji Kusuma, yang hadir dalam acara seremonial Dharma Shanti, mengajak seluruh masyarakat untuk merefleksikan makna universal Nyepi. Ia menegaskan bahwa dalam keheningan, kekuatan persatuan dan solidaritas dapat tumbuh lebih kuat.

“Nyepi mengajarkan kita untuk mempererat ikatan sebagai sesama manusia, menjadikan Lumajang sebagai rumah bersama yang damai dan penuh toleransi,” ujar Mas Yudha.

Baca Juga : Melasti di Watu Pecak: Spiritualitas dan Harmoni Umat Hindu Tengger Lumajang

Kepala Kantor Kementerian Agama Kabupaten Lumajang, Achmad Faisol Syaifullah, juga menekankan pentingnya moderasi beragama sebagai landasan harmoni sosial. Ia menyampaikan bahwa kehidupan masyarakat Lumajang yang penuh toleransi telah menjadi contoh nyata penerapan moderasi dalam keseharian.

Perayaan ini juga mendapat dukungan dari masyarakat lintas agama, termasuk para pemuda yang secara sukarela menjadi relawan dalam berbagai aspek pelaksanaan acara, mulai dari pengamanan hingga konsumsi. Partisipasi aktif ini memperlihatkan wajah indah kebhinekaan yang hidup di Lumajang.

Tokoh masyarakat Senduro, Suraji, mengungkapkan bahwa tradisi saling menghormati telah mengakar kuat dalam budaya setempat. Menurutnya, warisan nilai persaudaraan ini menjadi kekuatan utama yang menjaga keharmonisan di tengah keberagaman.

Melalui perayaan Nyepi, Lumajang menegaskan kembali posisinya sebagai prototipe kampung moderasi beragama, di mana perbedaan bukan menjadi sumber perpecahan, melainkan kekuatan untuk mempererat persatuan nasional. (jhony kumato)

Artikel ini telah dibaca 20 kali

badge-check

Reporter

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Baca Lainnya

Tangan Terjepit Reruntuhan, Santri di Sidoarjo Diamputasi di Lokasi Musala Ambruk

30 September 2025 - 19:42 WIB

Bimtek Portal Satu Data, Membangun Sistem Informasi Andal untuk Masa Depan Lumajang

30 September 2025 - 18:23 WIB

Santri Keracunan HCL, Bupati Lumajang Minta Ponpes Lakukan Pembinaan Lebih Ketat

30 September 2025 - 15:50 WIB

Tangis Pecah di Sidoarjo, Tiga Santri Ponpes Al-Khoziny Tewas dalam Tragedi Musala Roboh

30 September 2025 - 13:59 WIB

DPR Desak Audit Nasional Bangunan Pesantren Usai Tragedi Ponpes Roboh di Sidoarjo

30 September 2025 - 13:50 WIB

Selamat dari Reruntuhan, Kisah Santri 13 Tahun Lolos Dari Musala yang Roboh

30 September 2025 - 11:22 WIB

Trending di Daerah