Dharma Shanti di Pura MGSA Senduro Lumajang: Harmoni Keberagaman dan Refleksi Moderasi Beragama - Lensa Warta

Menu

Mode Gelap
EDITORIAL | Birokrasi Lemot, Anggaran Mandek, Moral ASN Rapuh: Saatnya Indah Masdar Lakukan Bersih-Bersih di Lumajang Bunda Indah: Santri Masa Kini Harus Jadi Pelopor Peradaban yang Berakar pada Moral dan Nasionalisme Bunda Indah Gaungkan “Nguri-Nguri Budaya Jawa”: Sekolah Jadi Ruang Cerdas yang Berakar pada Kearifan Lokal Santri Lumajang Gelar Aksi Damai: Meneguhkan Nilai Pesantren dan Etika Publik “Gema Berbaris” Lumajang: Mencetak Generasi Madrasah yang Cerdas, Religius, dan Nasionalis

Daerah · 27 Apr 2025 18:08 WIB ·

Dharma Shanti di Pura MGSA Senduro Lumajang: Harmoni Keberagaman dan Refleksi Moderasi Beragama


 Dharma Shanti di Pura MGSA Senduro Lumajang: Harmoni Keberagaman dan Refleksi Moderasi Beragama Perbesar

Lensa Warta – Dalam suasana sakral di kaki Gunung Semeru, masyarakat Lumajang memperingati Hari Raya Nyepi sebagai simbol harmoni keberagaman dan moderasi beragama. Perayaan ini dipusatkan di Pura Mandara Giri Semeru Agung, Desa Sumberwuluh, Kecamatan Candipuro, pada Sabtu (26/4/2025).

Upacara diawali dengan Melasti, prosesi pembersihan diri dan alam semesta, serta dilanjutkan dengan Tawur Kesanga sebagai upaya harmonisasi hubungan manusia dan alam. Puncaknya, Dharma Shanti menjadi momen untuk saling memaafkan dan mempererat persaudaraan lintas umat beragama.

Wakil Bupati Lumajang, Yudha Adji Kusuma, yang hadir dalam acara seremonial Dharma Shanti, mengajak seluruh masyarakat untuk merefleksikan makna universal Nyepi. Ia menegaskan bahwa dalam keheningan, kekuatan persatuan dan solidaritas dapat tumbuh lebih kuat.

“Nyepi mengajarkan kita untuk mempererat ikatan sebagai sesama manusia, menjadikan Lumajang sebagai rumah bersama yang damai dan penuh toleransi,” ujar Mas Yudha.

Baca Juga : Melasti di Watu Pecak: Spiritualitas dan Harmoni Umat Hindu Tengger Lumajang

Kepala Kantor Kementerian Agama Kabupaten Lumajang, Achmad Faisol Syaifullah, juga menekankan pentingnya moderasi beragama sebagai landasan harmoni sosial. Ia menyampaikan bahwa kehidupan masyarakat Lumajang yang penuh toleransi telah menjadi contoh nyata penerapan moderasi dalam keseharian.

Perayaan ini juga mendapat dukungan dari masyarakat lintas agama, termasuk para pemuda yang secara sukarela menjadi relawan dalam berbagai aspek pelaksanaan acara, mulai dari pengamanan hingga konsumsi. Partisipasi aktif ini memperlihatkan wajah indah kebhinekaan yang hidup di Lumajang.

Tokoh masyarakat Senduro, Suraji, mengungkapkan bahwa tradisi saling menghormati telah mengakar kuat dalam budaya setempat. Menurutnya, warisan nilai persaudaraan ini menjadi kekuatan utama yang menjaga keharmonisan di tengah keberagaman.

Melalui perayaan Nyepi, Lumajang menegaskan kembali posisinya sebagai prototipe kampung moderasi beragama, di mana perbedaan bukan menjadi sumber perpecahan, melainkan kekuatan untuk mempererat persatuan nasional. (jhony kumato)

Artikel ini telah dibaca 20 kali

badge-check

Reporter

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Baca Lainnya

Temuan Hidrogen Peroksida di Lokasi Pengolahan Limbah Tambang Emas Picu Kekhawatiran Warga

17 November 2025 - 16:00 WIB

Pengelolahan Tambang Emas di Lumajang Tak Kantongi Izin

17 November 2025 - 15:55 WIB

Limbah Tambang Emas Resahkan Warga Pasirian Lumajang

17 November 2025 - 15:47 WIB

Ini 9 Pelanggaran yang Diburu dalam Operasi Zebra Semeru 2025

17 November 2025 - 15:33 WIB

Angka Kemiskinan Lumajang 2025 Turun Jadi 8,60 Persen, Terendah dalam Lima Tahun

16 November 2025 - 10:04 WIB

Geobag dan Geotek Jadi Andalan di Perbaikan Darurat Tanggul Regoyo

15 November 2025 - 13:42 WIB

Trending di Daerah