Lumajang, – Sedekah Desa di Desa Kandangan, Kecamatan Senduro, Kabupaten Lumajang, bukan sekadar tradisi tahunan. Ia adalah warisan leluhur yang sarat makna spiritual dan budaya. Di balik kemeriahannya, terdapat lima tradisi utama yang wajib hadir dalam setiap pelaksanaan sedekah desa.
Kepala Desa Kandangan, Jumanang, menegaskan bahwa kelima tradisi ini bukan hanya simbol, melainkan inti dari keseluruhan ritual. Kelimanya adalah ujub, Romo Dukun, ujung, remok, dan Dleweran.
“Yang tradisi itu terutama ujub, promodukun. Lepas itu ujung, remok, setelah remok ini keleweran. Itu memang harus ada,” ujar Jumanang saat ditemui, Senin (28/7/25).
Baca juga: Dari Lokal ke Global, Tradisi Jolen Jadi Magnet Budaya di Lereng Semeru
Berikut tradisi sakral yang wajib ada di Sedwkah Desa Kandangan:
– Tradisi ini merupakan pembacaan doa atau niat syukur kepada leluhur dan Tuhan Yang Maha Esa. Ujub menjadi pembuka seluruh rangkaian upacara, menandai permulaan dengan sikap khidmat dan penuh pengharapan akan keselamatan serta rezeki yang melimpah.
– Upacara spiritual yang dipimpin oleh dukun desa atau tokoh adat. Dalam prosesi ini, dukun bertindak sebagai penjaga harmoni antara manusia dan alam, melakukan ritual agar desa tetap dijauhkan dari gangguan roh jahat atau energi negatif.
– Salah satu bagian yang paling menarik perhatian adalah tradisi ujung, yakni adu kekuatan secara simbolik menggunakan senjata tradisional. Ritual ini diyakini sebagai bentuk penolak bala, serta simbol keberanian dan kekuatan menjaga desa dari marabahaya.
– Remok merupakan fase pembersihan. Tidak hanya membersihkan lingkungan secara fisik, tetapi juga menjadi simbol pembersihan batin dan energi negatif yang bisa mengganggu kehidupan bermasyarakat.
– Sebagai penutup rangkaian, dleweran biasanya diisi dengan pertunjukan seni, kirab budaya, atau arak-arakan. Ini menjadi wujud syukur masyarakat atas berkah yang diberikan sekaligus sarana hiburan bersama.
Baca juga: Meriah! Warga Kandangan Berebut Isi Jolen dalam Tradisi Sedekah Bumi
Menurut Jumanang, kelima unsur ini tidak boleh ada yang ditinggalkan.
“Kalau ada yang dilewatkan, bisa jadi nanti ada yang kesurupan atau hal-hal yang tidak diinginkan,” ujarnya menegaskan.
Selain warga lokal, Sedekah Desa Kandangan juga menjadi daya tarik wisatawan, khususnya pecinta budaya dan spiritual. Mereka datang untuk menyaksikan prosesi yang masih dilestarikan secara turun-temurun.
“Ini sudah dilakukan sejak dulu. Turis itu memang ingin, bukan ingin, sudah sering ke sini. Ngurih-ngurih hasil-usulnya Punden Situs Selo Gending ini,” tambah Jumanang, merujuk pada situs spiritual yang dipercaya sebagai pusat budaya desa.
Tinggalkan Balasan