Lumajang, – Peluit dibunyikan, pertandingan dimulai, dan pada saat yang sama, transaksi demi transaksi mulai tercatat di catatan lusuh milik pedagang lokal. Di Lumajang, olahraga bukan hanya soal skor, tapi juga soal bertumbuh bersama.
Turnamen Voli Bupati Cup 2025 yang digelar di Desa Banyuputih Lor, Kecamatan Randuagung, menjadi bukti nyata bagaimana kegiatan olahraga bisa bertransformasi menjadi arena penggerak ekonomi mikro.
Dalam suasana kompetitif di lapangan, geliat ekonomi rakyat justru tumbuh paling pesat di sekitar garis pinggir lapanga.
Selama beberapa hari pelaksanaan turnamen, area desa yang biasanya tenang disulap menjadi pusat keramaian. Tribun dan tenda-tenda dipadati penonton dari dalam dan luar daerah.
Baca juga: Dari Randuagung untuk Indonesia: Bupati Cup Lumajang Targetkan Atlet ke Tingkat Nasional
Tapi yang tak kalah ramai adalah deretan stand UMKM yang menjajakan aneka produk unggulan lokal, dari makanan khas Lumajang, minuman segar, hingga kuliner kekinian.
Sebanyak 26 pelaku UMKM berpartisipasi dalam event ini, sebagian besar di antaranya berasal dari desa sekitar. Mereka bukan sekadar pengisi acara tambahan, tapi menjadi denyut nadi ekonomi yang berperan penting dalam menciptakan efek domino dari kegiatan olahraga ke sektor reel.
Salah satu yang merasakan langsung dampaknya adalah Jusmiati, pemilik kedai jajanan dari Desa Banyuputih Lor. Ia mengaku omzet penjualannya naik drastis.
“Biasanya cuma dapat Rp300 ribu sampai Rp500 ribu sehari. Tapi sejak buka lapak di turnamen ini, bisa sampai Rp1,5 juta. Alhamdulillah,” katanya sambil sibuk membungkus gorengannya, Rabu (30/7/25).
Baca juga: Atasi Kelangkaan, Pertamina Tambah Pasokan BBM Jember Jadi 2.000 KL per Hari
Jusmiati bukan satu-satunya. Hampir semua pelapak merasakan lonjakan omzet, bahkan beberapa di antaranya mengaku kehabisan stok sebelum pertandingan usai.
Ketua Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Kabupaten Lumajang, Agus Setiawan, menilai kegiatan seperti ini harus diperluas dan dilanjutkan. Menurutnya, keterlibatan UMKM dalam event olahraga adalah model ideal pembangunan partisipatif.
“Ini bukan sekadar acara kompetisi, tapi momentum ekonomi. Ada perputaran uang, penciptaan lapangan kerja, dan promosi produk lokal yang sangat efektif,” ujarnya.
Turnamen ini sendiri merupakan inisiatif anggota DPRD Lumajang yang bekerja sama dengan sponsor. Mereka menyusun format acara yang tidak hanya fokus pada sisi kompetitif olahraga.
“Tapi juga menyisipkan elemen promosi ekonomi kreatif dan penguatan komunitas,” kata anggota DPRD Lumajang Dedi Marta.
Tak hanya menjadi tempat jualan, turnamen ini juga memberi pelaku UMKM ruang untuk berjejaring dan belajar. Banyak di antara mereka yang baru pertama kali berjualan dalam skala event besar.
Baca juga: Dua Tahun Berturut-turut Gagal Capai Target, Pendapatan Surabaya Perlu Dievaluasi Total
“Di sinilah mereka belajar mengatur stok, berkomunikasi dengan pelanggan luar daerah, hingga memanfaatkan media sosial untuk promosi,” unarnya.
Transformasi ekonomi yang terjadi di Banyuputih Lor selama turnamen ini bukan sekadar efek jangka pendek. Lebih dari itu, ia memperlihatkan potensi desa sebagai pusat pertumbuhan ekonomi alternatif.
Bukan hanya bergantung pada hasil tani dan peternakan, tetapi juga melalui sektor informal dan ekonomi kreatif, desa tak lagi hanya menjadi lokasi acara, tetapi juga aktor utama dalam menciptakan peluang.
“Kami ingin menjadikan ini event tahunan. Karena dampaknya bukan hanya pada ekonomi, tapi juga kebanggaan warga desa,” kata Dedi Marta.
Tinggalkan Balasan