Wedang Angsle, Hangatnya Tradisi dalam Semangkok Kenangan

Menu

Mode Gelap
Cuaca Ekstrem Ancam Jawa Tengah & Jawa Timur, Waspada Hujan Lebat 15–18 September 2025 Pundungsari Park Hadirkan Wahana Baru, Liburan Keluarga Kini Lebih Seru dan Terjangkau Program MBG Lumajang: Dari Pasrujambe, Suapan Bergizi Lahirkan Harapan Generasi Emas Pemkab Lumajang Segarkan Motor Dinas Desa, Layanan Publik Lebih Cepat Cold Storage Perkuat Rantai Pasok Pisang Lumajang ke Pasar Modern

Ekonomi · 1 Agu 2025 22:19 WIB ·

Wedang Angsle, Hangatnya Tradisi dalam Semangkok Kenangan


 Wedang Angsle, Hangatnya Tradisi dalam Semangkok Kenangan Perbesar

Di tengah derasnya tren minuman kekinian, ada satu sajian tradisional yang tetap setia menemani malam dingin di Jawa Timur. Namanya wedang angsle. Namanya mungkin terdengar asing bagi sebagian orang, tapi bagi warga Malang, Blitar, dan sekitarnya, wedang angsle adalah pelukan hangat dari masa lalu.

Disajikan dalam mangkuk sederhana, wedang angsle sebenarnya lebih dari sekadar minuman. Ia adalah perpaduan rasa, aroma, dan kenangan. Bayangkan santan hangat yang gurih, berpadu dengan ketan putih, mutiara merah muda, kacang hijau rebus, potongan roti tawar, dan terkadang irisan kolang-kaling. Semua diaduk-aduk hingga menjadi semangkok kenangan.

Baca juga : Angsle, Minuman Hangat Khas Jawa Timur yang Menggoda Selera di Musim Hujan

Bukan sekedar minuman tapi sajian penuh cerita

Wedang angsle bukan sekadar minuman, tapi sebuah sajian penuh cerita. Dalam satu mangkuknya, kamu akan menemukan ketan putih yang pulen, kacang hijau rebus, mutiara kenyal berwarna merah muda, potongan roti tawar, kolang-kaling, bahkan terkadang tape singkong. Semua itu disiram kuah santan manis dengan aroma jahe yang langsung menghangatkan tenggorokan dan hati.

Suara gerobak dorong berderit di malam hari, uap mengepul dari panci besar, dan senyum ramah penjual yang menawarkan, “Angsle, Mas?” semua itu menghadirkan nuansa yang sulit tergantikan.

Filosofi wedang angsle

Menariknya, wedang ini tidak hanya mengandalkan rasa, tapi juga filosofi. Setiap bahan punya cerita. Ketan dan kacang hijau melambangkan hasil bumi, roti dan kolang-kaling menambah tekstur dan warna hidup. Semuanya menyatu, seperti masyarakat Jawa yang rukun dan guyub.

Di era serba cepat seperti sekarang, wedang angsle jadi semacam pengingat. Bahwa yang sederhana pun bisa tetap dicintai. Ia hadir bukan hanya sebagai pelepas dahaga, tapi juga pelepas rindu pada rumah, pada masa kecil, dan pada tradisi yang hampir terlupa.

Kini, wedang angsle mulai merambah kafe-kafe kekinian, tampil lebih modern namun tetap mempertahankan cita rasa aslinya. Beberapa varian bahkan hadir dengan topping es krim atau susu evaporasi. Kreatif? Tentu saja. Tapi bagi para pencinta sejatinya, tidak ada yang mengalahkan sensasi duduk di pinggir jalan, menikmati angin malam, dan menyeruput semangkuk kehangatan. Apalagi jika sambil merangkai cerita dan tawa canda bersama orang tersayang.

Jadi, kalau kamu bosan dengan kopi atau boba, coba deh wedang angsle. Siapa tahu, dari semangkuk sederhana itu, kamu bisa menemukan kehangatan yang kamu cari.

 

Artikel ini telah dibaca 10 kali

badge-check

Reporter

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Baca Lainnya

Ranupane Tetap Dibuka, Wisata ke Bromo Masih Bisa Lewat Lumajang

25 September 2025 - 13:44 WIB

Kolaborasi Lintas Instansi Dorong Kemajuan Pariwisata Pronojiwo

24 September 2025 - 16:45 WIB

Tak Paham Masuk Sepadan, Pelaku Wisata Tumpak Sewu Tersandung Izin, Kami Tidak Diberi Sosialisasi

21 September 2025 - 16:08 WIB

Pelaku Wisata Tumpak Sewu Curhat: Ada yang Diproses, Ada yang Dibiarkan, Di Mana Letak Keadilan?

21 September 2025 - 15:45 WIB

Pelaku Wisata Pronojiwo Yakin Bupati Indah Akan Bantu Pengembangan Wisata di 2026

21 September 2025 - 11:17 WIB

Saya Tak Menyangka Indonesia Punya Ini! Tumpak Sewu Bikin Turis Asing Terpukau

19 September 2025 - 17:46 WIB

Trending di Pariwisata