Pemerintah terus mendorong kemandirian warga melalui program perlindungan sosial. Dari Desa Pakel, Kecamatan Gucialit, Lumajang, muncul kisah inspiratif seorang ibu rumah tangga bernama Lamisih. Ia membuktikan bahwa bantuan sosial bukan akhir, tapi pijakan untuk bangkit.
Dulunya, Lamisih tercatat sebagai Keluarga Penerima Manfaat (KPM) Program Keluarga Harapan (PKH). Namun kini, ia lulus mandiri—berarti keluar dari PKH karena telah mampu mencukupi kebutuhannya sendiri. Keputusan itu diambil tanpa paksaan, melainkan atas kesadaran bahwa orang lain juga membutuhkan bantuan seperti dirinya dulu.
“Bu Lamisih luar biasa. Kini beliau punya usaha gula aren semut yang berkembang. Ia memilih mundur dari PKH dengan kesadaran sendiri. Ini contoh inspiratif,” ujar Wakil Bupati Lumajang, Yudha Adji Kusuma, saat mengunjungi rumah Lamisih, Selasa (5/8/2025).
Graduasi mandiri seperti ini menunjukkan bahwa dengan pendampingan tepat, seseorang bisa bangkit dan mandiri. Kini, Lamisih tak hanya menghidupi keluarganya, tapi juga membuka peluang kerja kecil di desanya. Ia menjadi harapan baru bagi tetangganya.
Lebih dari sekadar keluar dari program bantuan, Lamisih membuktikan bahwa keberanian berubah, kemauan belajar, dan kerja keras adalah kunci sukses. Ia memulai usaha dari nol dan kini sudah memasarkan produk gula aren semut ke berbagai wilayah.
Wabup Yudha juga mengapresiasi peran pendamping sosial PKH, yang dinilainya sebagai pahlawan di lapangan. Tanpa mereka, menurutnya, kisah sukses seperti Lamisih sulit terwujud.
“Program PKH sekarang bukan hanya bantuan, tapi sarana pemberdayaan masyarakat. Ini sejalan dengan visi besar Asta Cita—mewujudkan masyarakat mandiri dan sejahtera,” tambahnya.
Kini, Lamisih menjadi panutan. Keberaniannya melepas bantuan dan memilih mandiri adalah bukti bahwa kemiskinan bisa dilawan, jika diberi kesempatan dan kepercayaan.
“Kita doakan rezekinya semakin luas, dan semoga nanti Bu Lamisih bisa membantu orang lain yang sedang berjuang,” ujar Mas Wabup.
Tinggalkan Balasan