Jember, – Praktik penjualan alat dan mesin pertanian (alsintan) oleh sebagian kelompok tani (Poktan) menjadi persoalan serius di Jember.
Bantuan hibah pemerintah yang seharusnya mendukung produktivitas pertanian kerap hilang dalam waktu kurang dari setahun, membuat program pemerintah sulit memberikan manfaat berkelanjutan.
Bupati Jember Muhammad Fawait mengaku frustrasi dengan fenomena ini. Dalam pertemuan dengan petani di Balai Desa Paseban, Kecamatan Kencong, ia menegaskan bahwa bantuan yang cepat dijual mengulang siklus ketergantungan dan tidak menyelesaikan masalah produktivitas.
“Saya titip, kalau dikasih bantuan alat, jangan dijual. Kalau dijual, gak selesai-selesai. Tahun ini dikasih traktor, tahun depan pompa air, wasalam lagi. Duh pusing kita Pak, gak selesai-selesai,” katanya, Rabu (3/12/2025).
Sejak awal 2025, Jember menerima bantuan alsintan dalam jumlah signifikan. Pada akhir Agustus 2025, Bupati Fawait secara simbolis menyerahkan 52 unit alsintan yang sebagian besar berasal dari pemerintah pusat. Bantuan tersebut terdiri dari 30 traktor roda dua, 4 traktor roda empat, 15 rice transplanter, 3 combine harvester, dan beberapa alat pertanian lainnya.
Penyerahan sebelumnya juga dilakukan di Ajung saat kunjungan Wamentan Sudaryono dan di Kantor DTPHP Jember. Bupati menegaskan, bantuan alsintan akan terus mengalir sesuai pengajuan pemerintah daerah, asalkan para pengurus Poktan menjaga dan merawatnya dengan baik.
“Kemarin kita dapat bantuan 50 lebih alsintan, nanti kita dapat lagi 24 unit. Titip ya, alat pertanian ini dijaga dengan baik. Kalau yang belum dapat, nanti akan kita usulkan lagi ke pemerintah pusat,” ujarnya.
Fenomena ini bukan tanpa alasan. Setelah hibah diserahkan, wewenang pemerintah daerah terbatas untuk menindak kelompok tani yang menjual alat.
“Meski kita tetap imbau, kita kan tidak bisa memantau sejauh ke bawah. Setelah dihibahkan, sifatnya sudah hak mereka. Kecuali sewa, baru bisa kena pidana,” kata Kepala Dinas Tanaman Pangan, Hortikultura, dan Perkebunan (DTPHP) Jember, Sigit Boedi Ismoehartono.
Menurut Sigit, keterbatasan ini menjadi tantangan besar dalam memastikan keberlanjutan program bantuan alsintan. Praktik penjualan atau penghilangan alat membuat efektivitas hibah menjadi minim. “Sementara pemerintah pusat terus menyalurkan kucuran bantuan untuk Jember, termasuk irigasi dan puluhan alsintan,” katanya.
Tinggalkan Balasan