Lumajang, – Meskipun Dusun Sumbersari, Desa Supiturang, Kecamatan Pronojiwo, Kabupaten Lumajang, masuk dalam zona merah rawan bencana (KRB III), ratusan warga tetap memilih menempati rumah lama mereka di lereng Gunung Semeru.
Keputusan itu diambil karena lahan pertanian menjadi sumber penghidupan utama mereka, sementara hunian tetap (Huntap) Bumi Semeru Damai (BSD) di Desa Sumbermujur, Candipuro, tidak menyediakan akses pekerjaan.
Sukar, seorang petani, mengatakan bahwa ia nekat kembali ke rumah lama karena memiliki lahan pertanian seluas seperempat hektar yang biasanya ditanami cabai. Meski panennya tidak setiap hari, hasil pertanian cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup dan biaya sekolah anaknya.
“Di BSD mau makan apa? Tidak ada pekerjaan, malah harus jual barang-barang,” kata Sukar, Kamis (4/12/2025).
Ahmad, warga lain, mengungkapkan hal serupa. Ia menilai biaya transportasi bolak-balik dari BSD ke Pronojiwo lebih besar dibandingkan pendapatan sebagai petani. Selain itu, risiko hujan dan banjir saat bepergian membuatnya khawatir.
“Kalau bolak-balik jauh, apalagi kalau hujan atau banjir, malah buat yang di rumah kepikiran,” ujarnya.
Meski pemerintah telah menyediakan lebih dari 1.900 unit rumah huntap lengkap dengan perabotan, fasilitas fisik itu tidak mampu menahan warga untuk kembali ke zona merah yang mereka anggap lebih layak untuk bertani.
Sampai masa tanggap darurat berakhir, tercatat 319 jiwa masih berada di posko pengungsian, sementara belum ada kepastian berapa banyak yang sudah menempati huntap BSD atau belum.
Tinggalkan Balasan