Lumajang, – Tradisi selamatan desa di Desa Kandangan, Kecamatan Senduro, Kabupaten Lumajang, tak hanya menyatukan warga lokal, tetapi kini mulai menarik perhatian dunia.
Tradisi Jolen, yang digelar setiap bulan Suro, kini telah menjadi magnet budaya yang mulai dikenal oleh masyarakat internasional.
Kegiatan ini merupakan bentuk Sedekah Bumi ungkapan rasa syukur masyarakat atas hasil panen dan keselamatan.
Dalam prosesi ini, warga dari delapan RW membawa jolen, yaitu wadah berisi tumpeng, hasil bumi, dan sesaji, yang kemudian diarak secara bersama menuju Situs Selogending, pusat ritual budaya di desa tersebut.
Tahun ini, momen Jolen terasa berbeda karena hadirnya warga negara asing dari berbagai belahan dunia. Mereka tak hanya hadir sebagai pengamat, tetapi juga ikut menyatu dalam prosesi, belajar makna dan nilai-nilai di balik tradisi ini.
Menurut Wira Dharma, Wakil Ketua Pelaksana Tradisi Jolen, keterlibatan tamu internasional merupakan hasil kerja sama antara panitia lokal dan dosen-dosen dari Universitas Negeri Jember (UNED) yang selama ini aktif dalam pelestarian budaya lokal.
Baca juga: Meriah! Warga Kandangan Berebut Isi Jolen dalam Tradisi Sedekah Bumi
“Kita sudah masuk tahun ketiga pelaksanaan Jolen secara terbuka. Tahun ini memang kita paskan waktunya bertepatan dengan selamatan desa, supaya momentum budaya ini bisa dirasakan juga oleh tamu-tamu dari luar negeri,” ungkap Wira, Senin (28/7/25).
Jolen kini tak hanya menjadi sarana ritual, tetapi juga sarana edukasi budaya bagi masyarakat global. Interaksi antara warga lokal dan tamu asing menjadi momen pertukaran budaya yang hangat dan alami.
Tak hanya itu, Wira menyebut bahwa kehadiran tamu asing memberi peluang besar bagi desa untuk mengembangkan wisata budaya berbasis masyarakat.
Baca juga: Ketua ASKAP PSSI Lumajang, Fokus Pemulihan dan Simulasi untuk Persiapan Babak Berikutnya
“Harapan kami ke depan, tidak hanya datang melihat. Tapi mereka bisa ikut memikul Jolen, terlibat aktif, bahkan tinggal selama beberapa hari menikmati kehidupan dan budaya masyarakat Kandangan,” tambahnya.
Antusiasme warga dalam menyambut para tamu juga menunjukkan keterbukaan masyarakat terhadap dunia luar, tanpa meninggalkan akar budayanya.
Tradisi ini membuktikan bahwa kearifan lokal bisa menjadi kekuatan yang menarik wisatawan, sekaligus memperkenalkan Lumajang sebagai salah satu destinasi budaya di kawasan lereng Gunung Semeru.
Tinggalkan Balasan