Dharma Shanti di Pura MGSA Senduro Lumajang: Harmoni Keberagaman dan Refleksi Moderasi Beragama - Lensa Warta

Menu

Mode Gelap
Bupati Lumajang: Keamanan dan Karakter Bangsa Dibangun Bersama, Dimulai dari Akar Pariwisata Ramah Lingkungan dan Perlindungan Lahan Jadi Fokus Legislasi Baru Lumajang Tari Topeng Kaliwungu Tampil Kolosal, 500 Pelajar Lumajang Guncang Panggung Budaya Nusantara Tumpak Sewu Disiapkan Jadi Destinasi Global, SDM Lokal Jadi Pilar Utama Wamen Ni Luh Puspa: Tumpak Sewu Tak Hanya Indah, Tapi Menghidupi Masyarakat

Daerah · 27 Apr 2025 18:08 WIB ·

Dharma Shanti di Pura MGSA Senduro Lumajang: Harmoni Keberagaman dan Refleksi Moderasi Beragama


 Dharma Shanti di Pura MGSA Senduro Lumajang: Harmoni Keberagaman dan Refleksi Moderasi Beragama Perbesar

Lensa Warta – Dalam suasana sakral di kaki Gunung Semeru, masyarakat Lumajang memperingati Hari Raya Nyepi sebagai simbol harmoni keberagaman dan moderasi beragama. Perayaan ini dipusatkan di Pura Mandara Giri Semeru Agung, Desa Sumberwuluh, Kecamatan Candipuro, pada Sabtu (26/4/2025).

Upacara diawali dengan Melasti, prosesi pembersihan diri dan alam semesta, serta dilanjutkan dengan Tawur Kesanga sebagai upaya harmonisasi hubungan manusia dan alam. Puncaknya, Dharma Shanti menjadi momen untuk saling memaafkan dan mempererat persaudaraan lintas umat beragama.

Wakil Bupati Lumajang, Yudha Adji Kusuma, yang hadir dalam acara seremonial Dharma Shanti, mengajak seluruh masyarakat untuk merefleksikan makna universal Nyepi. Ia menegaskan bahwa dalam keheningan, kekuatan persatuan dan solidaritas dapat tumbuh lebih kuat.

“Nyepi mengajarkan kita untuk mempererat ikatan sebagai sesama manusia, menjadikan Lumajang sebagai rumah bersama yang damai dan penuh toleransi,” ujar Mas Yudha.

Baca Juga : Melasti di Watu Pecak: Spiritualitas dan Harmoni Umat Hindu Tengger Lumajang

Kepala Kantor Kementerian Agama Kabupaten Lumajang, Achmad Faisol Syaifullah, juga menekankan pentingnya moderasi beragama sebagai landasan harmoni sosial. Ia menyampaikan bahwa kehidupan masyarakat Lumajang yang penuh toleransi telah menjadi contoh nyata penerapan moderasi dalam keseharian.

Perayaan ini juga mendapat dukungan dari masyarakat lintas agama, termasuk para pemuda yang secara sukarela menjadi relawan dalam berbagai aspek pelaksanaan acara, mulai dari pengamanan hingga konsumsi. Partisipasi aktif ini memperlihatkan wajah indah kebhinekaan yang hidup di Lumajang.

Tokoh masyarakat Senduro, Suraji, mengungkapkan bahwa tradisi saling menghormati telah mengakar kuat dalam budaya setempat. Menurutnya, warisan nilai persaudaraan ini menjadi kekuatan utama yang menjaga keharmonisan di tengah keberagaman.

Melalui perayaan Nyepi, Lumajang menegaskan kembali posisinya sebagai prototipe kampung moderasi beragama, di mana perbedaan bukan menjadi sumber perpecahan, melainkan kekuatan untuk mempererat persatuan nasional. (jhony kumato)

Artikel ini telah dibaca 5 kali

badge-check

Reporter

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Baca Lainnya

Pemkot Surabaya Terapkan Jam Malam untuk Lindungi Anak dari Risiko Negatif

2 Juli 2025 - 09:40 WIB

Ponpes Besuk Keluarkan Fatwa Haram untuk Penggunaan Sound Horeg

1 Juli 2025 - 18:28 WIB

Bupati Lumajang: Keamanan dan Karakter Bangsa Dibangun Bersama, Dimulai dari Akar

1 Juli 2025 - 16:11 WIB

Pariwisata Ramah Lingkungan dan Perlindungan Lahan Jadi Fokus Legislasi Baru Lumajang

1 Juli 2025 - 16:07 WIB

Tari Topeng Kaliwungu Tampil Kolosal, 500 Pelajar Lumajang Guncang Panggung Budaya Nusantara

1 Juli 2025 - 16:04 WIB

Tumpak Sewu Disiapkan Jadi Destinasi Global, SDM Lokal Jadi Pilar Utama

1 Juli 2025 - 16:01 WIB

Trending di Daerah