Lumajang, – Di lereng Gunung Semeru, tepatnya di Desa Senduro, Kabupaten Lumajang, angin perubahan tak hanya bertiup dari segi pembangunan fisik, tetapi juga cara pemerintah berinteraksi dengan warganya.
Kini, setiap titik pembangunan yang dilakukan di desa ini entah itu rehabilitasi rumah, penyambungan air bersih, atau pembangunan jembatan dilengkapi papan informasi terbuka. Siapa pun bisa membaca isi papan tersebut, jumlah anggaran, sumber dana, volume pekerjaan, hingga tenggat pelaksanaan.
Langkah ini bukan sekadar formalitas. Di baliknya, ada semangat baru: keterbukaan informasi dan akuntabilitas pemerintahan, bahkan hingga ke desa yang jauh dari pusat kota.
Baca juga: Harmoni Spiritual dan Ekonomi, Piodalan Angkat Derajat Ekonomi Warga Senduro
“Kami ingin masyarakat tahu dan terlibat. Proyek pembangunan ini bukan rahasia. Kalau ada yang tidak sesuai, warga berhak bertanya,” tegas Bupati Lumajang, Indah Amperawati, saat meninjau pembangunan sistem sanitasi sapiteng komunal di Desa Senduro, Rabu (6/8/25).
Tahun ini, berbagai program infrastruktur dasar digencarkan di Kecamatan Senduro. Sebanyak 200 kepala keluarga (KK) kini menikmati akses air bersih, 95 unit rumah warga direhabilitasi agar lebih layak huni, 10 rumah mendapat sanitasi sapiteng komunal, serta perbaikan jalan dan pembangunan jembatan yang mempermudah akses antar dusun.
Baca juga: Wajah Baru Senduro: Pemkab Tata Kawasan Kumuh Dekat Pura Mandhara Giri
Namun di tengah semangat pembangunan itu, satu hal yang paling menyita perhatian adalah transparansi total yang diusung oleh Desa Senduro. Semua data dan proses dibuka untuk publik. Tak ada ruang bagi proyek ‘gelap’ atau pekerjaan tertutup.
“Pemerintahan tidak boleh berjalan di balik pintu tertutup. Justru semakin jauh dari pusat kota, keterbukaan harus lebih kuat agar masyarakat merasa dilibatkan, bukan dikesampingkan,” kata Bupati Lumajang yang akrab disapa Bunda Indah.
Langkah ini pun mulai membuahkan hasil. Warga yang sebelumnya pasif, kini mulai terbiasa menanyakan informasi proyek. Beberapa warga bahkan mengaku ikut memantau progres pembangunan dan menyampaikan masukan langsung ke kepala desa.
“Dulu kami cuma lihat bangunan jadi. Sekarang kami tahu berapa biayanya, kapan selesai, dan siapa pelaksana proyeknya. Rasanya seperti benar-benar dilibatkan,” kata Misnatun warga setempat.
Kepala Desa Senduro, Muhammad Farid juga merasakan dampak positifnya. “Ada keterlibatan warga yang lebih aktif. Mereka jadi ikut menjaga kualitas pembangunan, karena merasa ini milik bersama,” ungkapnya.
Tinggalkan Balasan