DKPP dan Perpapanas Ungkap Faktor Penyebab Rendahnya Penyerapan Pupuk Organik di Lumajang - Lensa Warta

Menu

Mode Gelap
EDITORIAL | Birokrasi Lemot, Anggaran Mandek, Moral ASN Rapuh: Saatnya Indah Masdar Lakukan Bersih-Bersih di Lumajang Bunda Indah: Santri Masa Kini Harus Jadi Pelopor Peradaban yang Berakar pada Moral dan Nasionalisme Bunda Indah Gaungkan “Nguri-Nguri Budaya Jawa”: Sekolah Jadi Ruang Cerdas yang Berakar pada Kearifan Lokal Santri Lumajang Gelar Aksi Damai: Meneguhkan Nilai Pesantren dan Etika Publik “Gema Berbaris” Lumajang: Mencetak Generasi Madrasah yang Cerdas, Religius, dan Nasionalis

Daerah · 8 Sep 2025 16:53 WIB ·

DKPP dan Perpapanas Ungkap Faktor Penyebab Rendahnya Penyerapan Pupuk Organik di Lumajang


 DKPP dan Perpapanas Ungkap Faktor Penyebab Rendahnya Penyerapan Pupuk Organik di Lumajang Perbesar

Lumajang, – Rendahnya penyerapan pupuk organik di Kabupaten Lumajang menjadi perhatian serius dari berbagai pihak, termasuk Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian (DKPP) serta Dewan Pimpinan Daerah Perkumpulan Petani Pangan Nasional (Perpapanas) Jawa Timur.

Ketua Perpapanas Jawa Timur, Ishak Subagio, mengungkapkan petani di Lumajang saat ini hanya mampu menyerap sekitar 33 persen dari total alokasi pupuk organik yang tersedia. Angka ini jauh lebih rendah dibanding penyerapan pupuk jenis urea dan NPK yang mencapai sekitar 50 persen.

“Rendahnya serapan pupuk subsidi, khususnya organik, menjadi kekhawatiran karena berpotensi menurunkan alokasi pupuk subsidi untuk Lumajang di tahun 2026. Pemerintah pusat biasanya menilai alokasi berdasarkan serapan pada tahun berjalan,” ujarnya, Senin (8/9/25).

Baca juga: Pronojiwo Bidik PAD Rp1 Miliar per Bulan, Wisata Tumpak Sewu Jadi Pemantik Ekonomi Lumajang

Ishak menilai salah satu penyebab rendahnya penyerapan adalah ketidaksesuaian antara kebijakan subsidi pupuk dengan kebutuhan riil petani di lapangan.

“Subsidi pupuk selama ini diberikan berdasarkan anjuran pemupukan, bukan kebutuhan aktual yang tercantum dalam Rencana Definitif Kebutuhan Kelompok (RDKK),” jelasnya.

Selain itu, Ishak juga menyebut adanya perubahan pola tanam di wilayah Lumajang. Banyak lahan yang sebelumnya ditanami tanaman pangan kini dialihfungsikan menjadi lahan tebu atau sengon, yang berimbas pada kebutuhan pupuk dan jenisnya.

Baca juga: Suara PAC Bukan Jaminan, DPP Tetap Pegang Kartu As di Penentuan Ketua DPC

“Kondisi ini turut memperumit penyerapan pupuk yang sudah dialokasikan,” tambahnya.

Sementara itu, Kepala DKPP Lumajang, Retno Wulan Andari, menjelaskan bahwa penyerapan pupuk organik yang terlihat rendah juga dipengaruhi oleh penambahan kuota pupuk organik sebanyak 5.500 ton pada tahun ini.

Sebelumnya, penyerapan pupuk organik sudah mencapai 78 persen dari kuota awal sebanyak 3.491 ton.

“Penyerapan menjadi kecil karena ada penambahan quota pupuk organik sebanyak 5.500 ton. Sebelum ada penambahan penyerapan pupuk organik sudah 78 persen dari quota 3.491 ton,” katanya.

Artikel ini telah dibaca 28 kali

badge-check

Reporter

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Baca Lainnya

Jembatan Bailey Jadi Solusi Penghubung Senduro-Gucialit

30 Oktober 2025 - 15:02 WIB

SR Resmi Ditahan, Kejari Jember Lengkapi Daftar Lima Tersangka Kasus Korupsi Sosraperda DPRD

30 Oktober 2025 - 12:52 WIB

Harga Daging Ayam Ras di Lumajang Turun Jadi Rp 34 Ribu per Kilogram

29 Oktober 2025 - 12:17 WIB

Jalan, Drainase, dan Jembatan Senduro Direhab, Progres PSU Capai 85 Persen

29 Oktober 2025 - 11:13 WIB

Program Makan Bergizi Gratis Tambah Kebutuhan Beras, Lumajang Pastikan Stok Aman

29 Oktober 2025 - 10:54 WIB

Satu Dapur MBG di Lumajang Habiskan 250 Kilogram Beras per Hari

29 Oktober 2025 - 10:49 WIB

Trending di Daerah