Lumajang, – Foto dan video antrian panjang di sejumlah SPBU Lumajang ramai beredar di media sosial sejak Senin malam.
Ketua Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Lumajang, Agus Setiawan menyampaikan, kepanikan warga yang khawatir akan kelangkaan BBM menyebabkan lonjakan permintaan secara tiba-tiba.
“Pasokan BBM di Lumajang sebenarnya aman. Hanya saja karena masyarakat termakan isu kelangkaan, akhirnya banyak yang panik dan memborong secara berlebihan,” jelas Agus, Selasa (29/7/25).
Baca juga: Antrean Panjang di SPBU Lumajang Akibat Efek Rantai Kelangkaan BBM di Wilayah Sekitar, Bupati Pastikan Tidak Perlu Khawatir
Menurut Agus, fenomena ini dikenal sebagai panic buying, yakni perilaku membeli secara berlebihan karena ketakutan akan kehabisan barang.
Ia mencontohkan, beberapa orang yang biasanya mengisi BBM Rp200 ribu, kini langsung memenuhi tangki penuh hingga Rp600 ribu hanya karena melihat antrean panjang.
“Staf saya sendiri semalam sudah stres, memaksa antri BBM padahal mobilnya masih cukup buat dua hari kalau dipakai normal. Ini bentuk kepanikan sosial yang menular,” tambahnya.
Lebih lanjut ia menjelaskan panic buying justru menciptakan kelangkaan semu yang merugikan masyarakat luas. Pasokan yang sebenarnya cukup menjadi tidak seimbang karena permintaan melonjak tiba-tiba, sementara sistem distribusi tidak bisa langsung mengimbanginya.
“Yang terjadi bukan kekurangan pasokan, tapi distribusinya terganggu. Seperti saat pandemi dulu, stok masker ada tapi rak kosong karena orang beli kebanyakan,” katanya.
Kepanikan yang berlebihan justru memperparah keadaan. Agus mengajak warga Lumajang untuk tidak terprovokasi isu atau kabar yang belum tentu benar.
“Kalau semua borong, justru orang yang benar-benar butuh malah tidak kebagian. Kita harus saling jaga. Konsumsi bijak itu bentuk solidaritas,” ujarnya.
Lebih parah lagi, Agus menyoroti adanya indikasi penimbunan oleh oknum-oknum yang memanfaatkan situasi. “Beberapa terlihat menjual BBM eceran dengan harga yang jauh lebih mahal, bahkan mencapai Rp30.000 per liter,” jelasnya.
Ia pun mengingatkan masyarakat untuk tetap mencari informasi dari sumber resmi dan tidak langsung percaya pada pesan berantai atau unggahan yang belum terverifikasi.
“Yang dibutuhkan sekarang bukan panik, tapi tenang dan rasional. Percayalah, BBM tidak akan habis kalau kita konsumsi sewajarnya,” tegasnya.
Tinggalkan Balasan