Rachel Frederickson: Kisah Inspiratif dan Kontroversi dari The Biggest Loser

Menu

Mode Gelap
EDITORIAL | Birokrasi Lemot, Anggaran Mandek, Moral ASN Rapuh: Saatnya Indah Masdar Lakukan Bersih-Bersih di Lumajang Bunda Indah: Santri Masa Kini Harus Jadi Pelopor Peradaban yang Berakar pada Moral dan Nasionalisme Bunda Indah Gaungkan “Nguri-Nguri Budaya Jawa”: Sekolah Jadi Ruang Cerdas yang Berakar pada Kearifan Lokal Santri Lumajang Gelar Aksi Damai: Meneguhkan Nilai Pesantren dan Etika Publik “Gema Berbaris” Lumajang: Mencetak Generasi Madrasah yang Cerdas, Religius, dan Nasionalis

Hiburan · 17 Agu 2025 05:48 WIB ·

Kisah Rachel Frederickson: Perjalanan Inspiratif dan Kontroversi dari The Biggest Loser


 Kisah Rachel Frederickson: Perjalanan Inspiratif dan Kontroversi dari The Biggest Loser Perbesar

Nama Rachel Frederickson sempat menjadi perbincangan hangat dunia pada tahun 2014. Ia adalah pemenang The Biggest Loser Season 15, sebuah acara reality show terkenal di Amerika Serikat yang menampilkan peserta dengan perjuangan menurunkan berat badan. Perjalanannya penuh inspirasi, namun juga menimbulkan kontroversi karena hasil transformasi yang dianggap terlalu ekstrem.

Awal Perjalanan Rachel Frederickson

Rachel sebenarnya bukan sosok asing bagi dunia olahraga. Sejak muda, ia adalah seorang perenang kompetitif yang penuh prestasi. Namun, setelah berhenti dari olahraga, kehidupannya berubah drastis. Ia kehilangan arah, berat badannya naik hingga mencapai 260 pon (sekitar 118 kg), dan rasa percaya dirinya pun menurun.

Baca juga: Makan Mie 3 Kali Seminggu: Bahaya, Dampak, dan Tips Menguranginya

Kesempatan mengikuti The Biggest Loser menjadi titik balik besar dalam hidupnya. Dengan semangat tinggi, Rachel bertekad untuk kembali sehat dan menemukan kembali jati dirinya.

Transformasi Drastis di The Biggest Loser

Selama kompetisi, Rachel menunjukkan dedikasi luar biasa. Ia mengikuti program diet ketat, latihan fisik yang intens, dan dukungan mental dari para pelatih. Hasilnya mengejutkan: pada malam final, Rachel Frederickson berhasil turun hingga 105 pon (47 kg). Artinya, ia kehilangan lebih dari 60% berat tubuhnya — pencapaian terbesar sepanjang sejarah acara tersebut.

Namun, justru di sinilah kontroversi mulai muncul. Saat tampil di atas panggung dengan tubuh barunya, banyak penonton, penggemar, bahkan para pelatih terlihat kaget. Transformasi Rachel Frederickson dinilai terlalu ekstrem, dan sebagian orang khawatir bahwa penurunan berat badan itu tidak sehat untuk jangka panjang.

Kontroversi dan Kritik

Media ramai membicarakan perubahan Rachel Frederickson. Beberapa dokter dan ahli gizi mempertanyakan apakah penurunan secepat itu aman. Bahkan, ada yang menuding bahwa acara reality show seperti The Biggest Loser mendorong peserta untuk mengambil cara-cara ekstrem demi mencapai hasil dramatis.

Rachel sendiri menanggapi kritik tersebut dengan tenang. Ia mengakui bahwa sempat terlalu fokus pada angka timbangan, namun kemudian menyadari pentingnya menjaga kesehatan seimbang.

Kehidupan Setelah The Biggest Loser

Setelah kompetisi berakhir, Rachel mulai menemukan keseimbangan baru. Berat badannya naik sedikit agar lebih sesuai dengan tubuh ideal yang sehat dan realistis. Ia menegaskan bahwa fokusnya bukan lagi pada penurunan berat badan ekstrem, melainkan pada hidup sehat berkelanjutan: menjaga pola makan seimbang, berolahraga secara teratur, dan menjaga kesehatan mental.

Pelajaran dari Perjalanan Rachel Frederickson

Kisah Rachel memberikan banyak pelajaran berharga:

  1. Motivasi dapat mengubah hidup – dengan tekad kuat, seseorang bisa melakukan transformasi besar.

  2. Kesehatan lebih penting daripada angka timbangan – tubuh ideal bukan berarti tubuh yang paling kurus, melainkan tubuh yang sehat dan kuat.

  3. Perubahan harus berkelanjutan – diet ekstrem atau olahraga berlebihan mungkin memberi hasil cepat, tetapi sulit mempertahankannya dalam jangka panjang.

Penutup

Perjalanan Rachel Frederickson adalah contoh nyata betapa besar perubahan yang bisa dicapai dengan tekad, kerja keras, dan disiplin. Namun, kisahnya juga menjadi pengingat bahwa kesehatan sejati bukan hanya soal berat badan, tetapi juga keseimbangan fisik, mental, dan emosional.

Artikel ini telah dibaca 28 kali

badge-check

Reporter

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Baca Lainnya

Cegah Risiko Sejak Dini, Capaian Program CKG Lumajang Tembus 204.564 Warga

14 November 2025 - 19:26 WIB

Ratih Damayanti Serahkan Tribun Pokir untuk Desa Purwosono

14 November 2025 - 14:54 WIB

Banjir Lumajang Picu Lonjakan Penyakit: Warga Rojopolo Keluhkan Diare dan Hipertensi

1 November 2025 - 11:33 WIB

Remaja dan Dewasa Paling Banyak Terjangkit ISPA di Lumajang

29 Oktober 2025 - 10:15 WIB

ISPA di Lumajang Capai 52 Ribu Kasus, Dinkes Ingatkan Warga Periksa Jika Sakit Lebih dari 14 Hari

29 Oktober 2025 - 10:00 WIB

Ajang Pembentukan Fisik dan Mental, Yuk Ramaikan Mahameru Muscle Fest 2025

16 Oktober 2025 - 19:12 WIB

Trending di Kesehatan dan Olah Raga