Lumajang, – Seorang santri di Kabupaten Lumajang, Dewangga Eza Naufal Al Yusen (13), kini tengah berjuang melawan kondisi kritis setelah mengalami keracunan cairan air keras jenis HCL (asam klorida).
Insiden tragis itu terjadi pada 10 Juli 2025 di sebuah pondok pesantren di Kecamatan Tempeh, tempat Dewangga menuntut ilmu.
Akibat kejadian tersebut, organ pencernaan Dewangga mengalami luka serius dan permanen. Saat ini, ia tidak bisa lagi mencerna makanan seperti biasa dan hanya mampu bertahan hidup dengan mengonsumsi susu medis khusus sesuai anjuran dokter.
Baca juga: ASN Lumajang Harus Pahami Visi Kepala Daerah
“Setelah kejadian, anak saya langsung muntah dan kondisinya terus memburuk. Ternyata dia meminum cairan HCL yang ditaruh ke dalam botol minuman oleh temannya,” kata Ratna Purwari (38), ibu Dewangga, Selasa (30/9/25).
Baca juga: Tujuh Rumah Terbakar di Jember, Kerugian Capai Rp250 Juta
Kronologi kejadian bermula saat seorang santri mengambil cairan dari gudang pondok yang berisi bahan bangunan, termasuk cairan HCL.
Cairan berbahaya itu lalu dituangkan ke dalam botol minuman kemasan dan diberikan kepada beberapa temannya, termasuk Dewangga. Dari tiga korban, hanya Dewangga yang mengalami dampak paling parah.
Berat badan Dewangga kini menyusut drastis hingga tinggal 24 kilogram. Selain harus menjalani pengobatan jangka panjang, Dewangga juga membutuhkan asupan susu khusus bernutrisi tinggi dan obat-obatan dengan biaya yang sangat tinggi.
“Biaya untuk susu dan pengobatan sekitar Rp 1 juta per hari, dan itu di luar tanggungan BPJS. Kami tidak bisa menanggung sendiri, jadi keluarga dan pesantren sepakat melakukan penggalangan dana,” kata Ahmad Syaifudin Amin, Dewan Pengasuh Pondok Pesantren.
Tinggalkan Balasan