Patrol Sahur Kreatif: Tradisi Ramadan di Desa Tukum yang Memanfaatkan Barang Bekas jadi Musik Indah Khas Ramadhan - Lensa Warta

Menu

Mode Gelap
Bupati Lumajang Dorong Gerakan Sosial Bersama untuk Tangani Rumah Tidak Layak Huni Langkah Cepat Pemkab Lumajang Redakan Kepanikan Warga Terdampak Puting Beliung di Kalipenggung Bunda Indah Tekankan Pariwisata Berkelanjutan saat Resmikan Wisata Kopi Jatian Kenongo Wabup Lumajang: Kemajuan Daerah Tumbuh dari Rasa Aman dan Kedekatan TNI dengan Rakyat Sinergi TNI dan Pemkab Lumajang: Rumah Mbok Imuk Jadi Cermin Cinta, Kepedulian, dan Ketahanan Sosial Bangsa

Hiburan · 19 Mar 2025 11:24 WIB ·

Patrol Sahur Kreatif: Tradisi Ramadan di Desa Tukum yang Memanfaatkan Barang Bekas jadi Musik Indah Khas Ramadhan


 Patrol Sahur Kreatif: Tradisi Ramadan di Desa Tukum yang Memanfaatkan Barang Bekas jadi Musik Indah Khas Ramadhan Perbesar

Lensa Warta – Ramadan di Desa Tukum, Kecamatan Tekung, Kabupaten Lumajang, semakin seru dengan tradisi Patrol Sahur. Para pemuda setempat, menggunakan barang bekas seperti ember, bambu, botol plastik, dan kentongan, menciptakan pertunjukan musik yang unik. Mereka tidak hanya membangunkan warga untuk sahur. Ini juga menjadi hiburan untuk mendekatkan kita semua.

– Dini hari, para pemuda berkumpul.
– Mereka membuat musik dengan alat sederhana.
– Awalnya hanya untuk membangunkan warga, kini sudah jadi ajang kreativitas yang menarik perhatian.

Ketua RT 17, Riko Adi Saputro, mengatakan Patrol Sahur sekarang berkembang menjadi seni yang digemari anak muda.

“Dulu, kita hanya memukul kaleng. Sekarang, kami punya ritme dan lagu religi yang lebih teratur,” katanya.

Perubahan Berawal dari Inovasi
Inovasi ini berkat Muhammad Luqman (27), seorang pemuda yang suka seni musik. Dia dan teman-temannya mulai membuat suara dari barang bekas untuk menciptakan irama baru, menggabungkan tradisi dengan sentuhan modern.

“Kalau cuma membangunkan, orang akan malas bangun sahur. Tapi dengan nada yang menarik, orang jadi lebih semangat. Anak-anak pun ikut penasaran,” jelas Luqman.

Patrol Sahur lebih dari sekadar bangunkan orang. Ini jadi tempat pemuda menyalurkan kreativitas dan memperkuat rasa kebersamaan.

“Ini juga cara kami menambah kehidupan Ramadan. Kami ingin Ramadan lebih berwarna,” tambahnya.

Dukungan dari Pemimpin dan Warga
Kepala Desa Tukum, Susanto (Cak Santo), mengapresiasi inisiatif pemuda ini. Dia menyebut Patrol Sahur bukan hanya melestarikan budaya, tetapi juga memperkuat semangat gotong royong.

“Mereka tidak hanya membangunkan sahur, tapi juga membangun kebersamaan. Ini membuat saya bangga,” tuturnya.

Cak Santo menekankan perlunya dukungan terus-menerus, agar tradisi lokal tetap ada di tengah modernisasi. Kreativitas pemuda dalam Patrol Sahur menunjukkan bahwa barang bekas bisa berharga jika dimanfaatkan dengan baik.

“Kami ingin tunjukkan bahwa barang bekas bisa memiliki nilai lebih jika digunakan dengan kreatif,” kata Riko.

Menarik Perhatian Warga Lain
Keunikan Patrol Sahur di Desa Tukum menarik warga desa lain. Banyak pemuda dari desa tetangga datang untuk melihat pertunjukan dan belajar cara membuat Patrol Sahur lebih menarik.

Suhartini (47), salah satu warga, awalnya kurang suka suara patrol yang bising. Tapi, sekarang ia menikmati suasana Ramadan yang lebih ceria.

“Dulu saya terganggu, sekarang jadi hiburan,” akunya.

Tradisi ini juga memberi dampak positif bagi generasi muda. Banyak remaja lebih memilih ikut patrol daripada hanya bermain ponsel atau begadang tanpa tujuan.

“Daripada main HP, lebih baik ikut patrol. Seru dengan teman-teman dan ikut lestarikan budaya,” kata Novel, seorang remaja aktif dalam kegiatan ini.

Menyatukan dan Berkembang
Patrol Sahur di Desa Tukum bukan sekadar bangunkan sahur. Kini, ia menjadi simbol kebersamaan dan memperkuat hubungan sosial antarwarga.

Dengan semakin populernya Patrol Sahur kreatif ini, masyarakat Desa Tukum semakin bersemangat menjalani ibadah Ramadan dengan rasa kebersamaan. Tradisi yang hanya untuk membangunkan sahur kini jadi bagian kebanggaan desa.

Dengan inovasi dan semangat solidaritas yang terus tumbuh, Patrol Sahur di Desa Tukum menunjukkan bahwa tradisi tetap hidup dan relevan di zaman modern. Ramadan tidak hanya berarti ibadah, tetapi juga momen untuk merajut kebersamaan dan merayakan budaya lokal.

Dari Desa Tukum, bunyi Patrol Sahur terus mengalun, menebarkan semangat Ramadan yang penuh makna dan semakin berwarna.

Artikel ini telah dibaca 29 kali

badge-check

Reporter

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Baca Lainnya

Sudah DP, Sudah Latihan, Eh Dibatalkan, Karnaval Tingkat Kecamatan Randuagung Jadi Bahan Protes Warga

15 September 2025 - 20:14 WIB

Sendratari Ramayana Gemparkan Lereng Semeru, Ribuan Warga Terkesima oleh Tari Kolosal RW 01 Senduro

31 Agustus 2025 - 08:53 WIB

Dari Lereng Semeru untuk Indonesia, Senduro Hadirkan Festival Budaya Nasional

30 Agustus 2025 - 22:27 WIB

Kilas Balik Pernikahan Pratama Arhan dan Azizah Salsha: Dari Tokyo hingga Cerai Kilat

27 Agustus 2025 - 10:14 WIB

Pratama Arhan dan Azizah Salsha

Pratama Arhan Cerai Jadi Viral: Netizen Ramai Beri Dukungan dan Candaan

27 Agustus 2025 - 09:58 WIB

Pratama Arhan Cerai

Perceraian Pratama Arhan dan Azizah Salsha: Fakta, Reaksi Publik, dan Pertanyaan yang Sering Muncul

27 Agustus 2025 - 09:05 WIB

Perceraian Pratama Arhan
Trending di Hiburan