Senduro, Desa di Lereng Semeru yang Menulis Kisah Suksesnya Sendiri - Lensa Warta

Menu

Mode Gelap
EDITORIAL | Birokrasi Lemot, Anggaran Mandek, Moral ASN Rapuh: Saatnya Indah Masdar Lakukan Bersih-Bersih di Lumajang Bunda Indah: Santri Masa Kini Harus Jadi Pelopor Peradaban yang Berakar pada Moral dan Nasionalisme Bunda Indah Gaungkan “Nguri-Nguri Budaya Jawa”: Sekolah Jadi Ruang Cerdas yang Berakar pada Kearifan Lokal Santri Lumajang Gelar Aksi Damai: Meneguhkan Nilai Pesantren dan Etika Publik “Gema Berbaris” Lumajang: Mencetak Generasi Madrasah yang Cerdas, Religius, dan Nasionalis

Pariwisata · 14 Agu 2025 15:45 WIB ·

Senduro, Desa di Lereng Semeru yang Menulis Kisah Suksesnya Sendiri


 Senduro, Desa di Lereng Semeru yang Menulis Kisah Suksesnya Sendiri Perbesar

Lumajang, – Di kaki megah Gunung Semeru, tersembunyi sebuah desa yang tak hanya memeluk alam, tetapi juga menggenggam harapan masa depan.

Senduro, yang dulu dikenal hanya sebagai desa sunyi di Lumajang, kini menjelma menjadi model pembangunan desa berbasis budaya dan pemberdayaan masyarakat.

Ia bukan lagi penonton pembangunan, tetapi pemain utama yang memimpin narasi kemajuan dari pinggiran.

Perubahan Senduro tak terjadi dalam semalam. Bertahun-tahun, warga desa menata langkah mereka. Tidak dengan bangunan menjulang atau pusat perbelanjaan, tetapi dengan pendekatan yang membumi, merawat budaya, menjaga alam, dan membangun komunitas.

Baca juga: Explore Lumajang: East Java’s Hidden Gem

“Senduro tidak ingin berubah dengan meninggalkan jati dirinya. Kami ingin tumbuh tanpa kehilangan akar,” ujar Pak Suyanto, salah satu tokoh masyarakat yang aktif menggerakkan berbagai inisiatif lokal, Kamis (14/8/25).

Melalui pendekatan partisipatif, warga dilibatkan dalam setiap tahapan pembangunan, dari perencanaan wisata desa, pengelolaan homestay, pelatihan UMKM, hingga pelestarian budaya lokal seperti kesenian tradisional dan upacara adat.

Kekuatan Senduro ada pada komunitasnya. Karang Taruna, kelompok petani, ibu-ibu PKK, hingga pelaku seni bekerja bersama merumuskan mimpi-mimpi mereka. Pemerintah desa tak lagi menjadi aktor tunggal, melainkan fasilitator dan pendamping.

Program wisata berbasis pengalaman seperti memetik sayur di kebun, belajar membatik, atau menanam kopi lahir dari ide warga sendiri. Pengunjung pun datang bukan hanya untuk melihat, tetapi untuk merasakan.

Baca juga: Sebanyak 46 PMI Asal Lumajang Bermasalah

“Wisatawan sekarang ingin sesuatu yang nyata, bukan buatan. Di sini mereka bisa bangun pagi dengan kokok ayam, panen sayur, lalu menyeruput kopi sambil memandangi Semeru,” kata Lilis, pemilik homestay yang dibangun dari rumah keluarganya.

Perubahan ini membawa dampak nyata. Menurut data desa, pendapatan warga yang terlibat dalam ekowisata dan UMKM meningkat signifikan dalam lima tahun terakhir. Tak hanya itu, anak-anak muda yang dulu merantau mulai kembali—melihat peluang baru di tanah kelahiran mereka.

“Dulu saya kerja di kota. Sekarang saya pulang karena di sini lebih menjanjikan, dan saya bisa dekat dengan keluarga,” kata Wahyu, pemuda 27 tahun yang kini mengelola kedai kopi berbasis produk lokal.

Artikel ini telah dibaca 15 kali

badge-check

Reporter

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Baca Lainnya

Menjelang Tahun Baru, Buper Glagaharum Lumajang Jadi Primadona Wisata Camping di Kaki Semeru

13 November 2025 - 00:21 WIB

Taman Bunga Puspa Adi Warna, Pesona Pronojiwo di Kaki Semeru

24 Oktober 2025 - 18:23 WIB

Pengelola Lokal Tunjukkan Kualitas, Wisatawan Jepang Siap Kunjungi Tumpak Sewu

17 Oktober 2025 - 13:18 WIB

Bupati Lumajang: Waktunya Swasta Kembangkan Selokambang Secara Profesional

17 Oktober 2025 - 11:40 WIB

Bupati Lumajang: Saya Tidak Bisa Percayakan Pengelolaan Selokambang Kepada Dinas

17 Oktober 2025 - 11:12 WIB

Arah Wisata Lumajang Sudah Jelas, Selatan dan Barat Tinggal Dipoles

16 Oktober 2025 - 10:09 WIB

Trending di Pariwisata