Surabaya, – Pemerintah Kota Surabaya kembali menorehkan prestasi membanggakan di tingkat internasional. Kota Pahlawan terpilih sebagai salah satu dari 50 finalis Bloomberg Philanthropies Mayors Challenge 2025, sebuah ajang bergengsi global yang menyoroti inovasi kota dalam menjawab tantangan urban.
Yang menjadi andalan Surabaya? Program bebas limbah popok dan pembalut sekali pakai, yang dinilai sebagai langkah progresif dalam pengelolaan limbah berbahaya berbasis edukasi masyarakat dan inovasi produk ramah lingkungan.
Program ini diluncurkan melalui kerja sama antara Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Surabaya dan Bumbi, produsen lokal popok serta pembalut ramah lingkungan. Lokasi percontohan dilakukan di kawasan Pulo Tegalsari VI, Kelurahan Wonokromo, karena wilayah tersebut masih rawan praktik pembuangan popok ke sungai.
“Ini implementasi dari program Surabaya Bebas Sampah Popok dan Pembalut Sekali Pakai yang kita ajukan dalam Mayors Challenge. Tujuannya meminimalkan pembuangan popok ke sungai,” kata M. Rokhim, Kepala Bidang Kebersihan dan Pemberdayaan Masyarakat DLH Surabaya, Rabu (20/8/25).
Baca juga: DPRD Surabaya Soroti Proyek Dana Kelurahan yang Mandek, Cak Yebe: Jangan Buat Warga Kecewa
Popok sekali pakai mengandung bahan plastik dan bahan kimia yang membutuhkan hingga 500 tahun untuk terurai, dan bila dibuang sembarangan terutama ke sungai dapat mencemari air, menyumbat saluran, hingga merusak kualitas air baku PDAM.
“Kalimas adalah salah satu sumber utama air baku PDAM kita. Kalau terus tercemar limbah popok, dampaknya serius bagi kesehatan masyarakat,” kata Rokhim.
Melalui program ini, warga, terutama para ibu rumah tangga, diberi edukasi untuk beralih ke produk popok dan pembalut yang bisa dicuci dan dipakai ulang. Selain lebih ramah lingkungan, solusi ini juga dinilai lebih hemat dan aman untuk kulit bayi.
CEO Bumbi, Celia Siura, menyebut Wonokromo sebagai laboratorium sosial untuk menguji apakah gaya hidup bebas sampah popok bisa diterapkan luas.
“Kalau program ini berhasil di Wonokromo, maka bisa direplikasi ke seluruh Surabaya. Harapannya, ini jadi model nasional bahkan global,” ujarnya.
Sebagai finalis Mayors Challenge, Surabaya akan menerima pendanaan dan pendampingan teknis dari Bloomberg Philanthropies. Dukungan ini akan memperkuat program pengelolaan limbah berbahaya, air bersih, sanitasi, serta pengembangan ekonomi lokal.
Selain Surabaya, hanya tiga kota lain di Asia Tenggara yang terpilih: Pasig, Naga, dan Cauayan, semuanya dari Filipina. Hal ini menjadikan Surabaya satu-satunya wakil dari Indonesia dalam kompetisi internasional tersebut.
Dengan program ini, Pemkot Surabaya tak hanya menunjukkan kepedulian terhadap lingkungan, tetapi juga berani mengambil langkah konkret demi masa depan kota yang lebih bersih, sehat, dan berkelanjutan.
“Kami tidak ingin sungai-sungai kita jadi tempat sampah. Ini bukan hanya soal lingkungan, tapi juga soal kesehatan dan masa depan anak cucu kita,” tegas Rokhim.
Tinggalkan Balasan