Jember, – Kelangkaan solar di Jember memicu antrean panjang kendaraan di sejumlah SPBU, terutama dari kalangan truk logistik.
Para sopir mengeluhkan kerugian waktu dan tenaga karena harus menunggu lebih dari empat jam tanpa kepastian ketersediaan bahan bakar.
Pantauan di SPBU Kranjingan, Jalan Wolter Monginsidi, Kecamatan Sumbersari, menunjukkan antrean kendaraan telah mengular hingga ke luar area SPBU sejak pagi hari.
Antrean didominasi kendaraan besar seperti truk pengangkut barang, yang sebagian besar bergantung pada solar untuk melanjutkan perjalanan logistik mereka.
Leo Bahri, seorang sopir truk asal Lumajang, mengaku sudah mengantre sejak pukul lima pagi namun belum berhasil mengisi solar.
“Saya antre dari subuh. Sampai sekarang belum ada kepastian kapan solar datang. Informasinya, tangki dari Banyuwangi belum masuk karena jalan macet. Kalau begini terus, kami rugi besar, baik waktu maupun tenaga,” ujar Leo dengan nada kesal, Sabtu (26/7/25).
Kelangkaan BBM jenis solar dan pertalite ini tidak hanya terjadi di SPBU Kranjingan, tapi juga dilaporkan terjadi di beberapa titik SPBU lainnya di wilayah Jember.
Kondisi tersebut telah berlangsung selama tiga hari terakhir dan belum menunjukkan tanda-tanda membaik.
Hendro, pengawas SPBU Kranjingan, menjelaskan penyebab utama kelangkaan adalah tersendatnya distribusi BBM dari Depo Pertamina di Banyuwangi.
Hal ini disebabkan truk tangki pengangkut BBM terjebak kemacetan parah di jalur alternatif Pantura Baluran, Situbondo.
Baca juga: Penutupan Jalur Gunung Gumitir Menuai Proses Pembahasan, Dishub Banyuwangi Minta Masyarakat Bersabar
“Biasanya distribusi lancar lewat Gumitir, tapi karena ada proyek perbaikan jalan, semua kendaraan dialihkan ke jalur utara yang kini juga padat luar biasa.
Akibatnya, truk tangki tertahan dan pengiriman ke SPBU-SPBU ikut terhambat,” jelas Hendro.
Diketahui, Jalur Nasional Gumitir yang menghubungkan Jember dan Banyuwangi telah ditutup total sejak 24 Juli hingga 24 September 2025.
Penutupan ini dilakukan untuk proyek perbaikan infrastruktur jalan, namun menyebabkan gangguan besar terhadap arus logistik dan distribusi energi di wilayah tapal kuda.
Hingga berita ini diturunkan, belum ada keterangan resmi dari pihak Pertamina maupun Dinas Perhubungan terkait langkah konkret untuk mengatasi keterlambatan distribusi BBM.
Para sopir dan pengelola SPBU berharap pemerintah segera mencari solusi agar aktivitas logistik dan masyarakat tidak lumpuh total.
Tinggalkan Balasan