Surabaya, – Kota Surabaya tak hanya mengandalkan aparat keamanan formal. Dengan lebih dari 6.000 Aparatur Sipil Negara (ASN) pendamping yang tersebar di 1.361 Rukun Warga (RW), sistem keamanan berbasis warga kini menjadi kekuatan utama.
Inilah bentuk gotong royong modern yang tengah dikaji Kementerian Dalam Negeri (Kemendagri) untuk dijadikan standar nasional penguatan keamanan lingkungan.
Dalam Rapat Koordinasi Monitoring Kamtibmas yang digelar di Graha Sawunggaling, Surabaya, Dirjen Kependudukan dan Pencatatan Sipil (Dukcapil) Kemendagri, Teguh Setyabudi, menyampaikan bahwa Surabaya menjadi kota dengan struktur keamanan lingkungan paling siap di Indonesia.
“Surabaya ini luar biasa. Ada lebih dari 6.000 ASN pendamping di 1.361 RW, dan lebih dari 9.000 Poskamling. Tinggal bagaimana penguatan SOP agar tata kelola, manajemen, sarpras, serta mekanisme pelaporan dan tindak lanjutnya bisa lebih terstruktur,” ungkap Teguh, Jumat (12/9/25).
Baca juga: Pemkab Lumajang Perbarui Motor Dinas 198 Desa
Menurut Teguh, model kolaborasi antara birokrasi dan masyarakat yang diterapkan di Surabaya bisa menjadi rujukan nasional. Apalagi, keberadaan ASN di lingkungan permukiman bukan sekadar formalitas, melainkan bagian dari sistem deteksi dini dan respons cepat terhadap gangguan kamtibmas.
“Selain itu, ASN pendamping di Surabaya tidak hanya menjalankan tugas administratif, tetapi juga menjadi simpul komunikasi antara warga, RT/RW, serta Pemerintah Kota,” katanya.
Baca juga: BKD Lumajang: Rekrutmen ASN Adalah Wewenang Pusat, Daerah Hanya Menunggu
Wali Kota Surabaya, Eri Cahyadi, menyebut keterlibatan ASN ini menjadi pembeda utama sistem keamanan di Surabaya dibanding daerah lain.
“Kami ingin semua elemen terlibat. ASN bukan hanya bekerja di balik meja, tapi hadir di tengah masyarakat. Mereka membantu memperkuat ikatan sosial dan menjadi penghubung langsung dengan warga,” tegas Eri.
Kolaborasi antara ASN, RT/RW, tokoh masyarakat, serta kelompok pemuda lokal menjadi bagian dari skema Kampung Pancasila, sebuah program strategis yang telah terbukti efektif menjaga keamanan di tengah berbagai dinamika sosial.
“Bahkan saat terjadi aksi kerusuhan akhir Agustus lalu, beberapa wilayah di Surabaya tetap stabil berkat kesiapsiagaan sistem keamanan lingkungan ini,” katanya.
Warga di Kecamatan Wonokromo, Pabean Cantian, dan Bubutan dilaporkan berhasil mencegah aksi anarkis sebelum berkembang lebih luas.
“Kota ini akan kuat kalau kampungnya kuat. Karena itu, keamanan harus dijaga mulai dari lingkungan terkecil. Melalui Kampung Pancasila, semua terlibat, termasuk anak muda dan Gen Z,” pungkasnya.
Tinggalkan Balasan