Dusun Sumberlangsep, Desa Sumberwuluh, Kecamatan Candipuro, menyimpan kisah perjuangan luar biasa. Anak-anak di dusun ini setiap hari harus menyeberangi sungai selebar 240 meter demi mencapai sekolah. Sungai itu memisahkan kampung mereka dari akses pendidikan, kesehatan, dan ekonomi.
Namun, kondisi makin sulit sejak jembatan limpas rusak parah akibat lahar dingin Gunung Semeru. Aliran deras membawa material vulkanik yang menghancurkan penghubung utama warga.
Meski demikian, semangat belajar anak-anak Sumberlangsep tetap menyala. Mereka rela berjalan kaki jauh, bahkan menyeberangi sungai secara langsung saat jembatan tak bisa dilalui.
Bupati Lumajang, Indah Amperawati (Bunda Indah), turun langsung ke lokasi pada Senin (2/6/2025). Ia menyaksikan langsung perjuangan anak-anak yang menyeberangi sungai demi pendidikan.
“Saya bangga dan terharu. Semangat mereka jadi panggilan moral bagi kami,” kata Bunda Indah.
Menurutnya, kerusakan jembatan tak hanya menghambat pendidikan, tetapi juga mengancam akses kesehatan dan ekonomi warga. “Kalau tidak segera ditangani, akan menambah kesenjangan,” tegasnya.
Pemkab Lumajang langsung mengambil langkah percepatan perbaikan jembatan. Proyek ini menjadi prioritas utama pembangunan darurat. Selain memperbaiki fisik jembatan, pemerintah juga akan melibatkan warga dalam proses pembangunan.
“Ini bukan hanya soal infrastruktur, tapi soal kehidupan yang layak,” ujar Bunda Indah.
Anak-anak Sumberlangsep kini menjadi simbol harapan. Semangat mereka mengingatkan semua pihak bahwa pembangunan harus hadir hingga pelosok.
Bunda Indah memastikan: “Kami bergerak cepat. Akses pendidikan dan layanan dasar harus kembali normal, bahkan lebih baik.”
Sumberlangsep bukan lagi tentang sungai yang memisahkan, tetapi tentang jembatan harapan yang tengah dibangun. Di tengah sisa lahar dingin dan aliran deras, tumbuh keyakinan bahwa masa depan mereka bisa lebih cerah dengan kolaborasi dan ketulusan.
Tinggalkan Balasan