Surabaya, – Di tengah hiruk-pikuk kota Surabaya yang tak pernah benar-benar tidur, hadir sebuah tempat sederhana yang diam-diam mulai menjadi bagian dari cerita banyak orang, Kedai Bubur Teman Setia.
Berlokasi di kawasan Gayung Kebonsari, kedai ini tidak hanya menyajikan bubur sebagai makanan, tetapi juga sebagai medium kebersamaan.
Bagi sebagian orang, bubur adalah comfort food yang memberi kehangatan saat pagi masih gelap atau malam sudah larut. Namun di Teman Setia, sepiring bubur menjadi awal dari banyak percakapan, pertemuan, bahkan perasaan.
“Kami bersyukur bisa menjadi bagian dari cerita harian banyak orang dari sarapan pagi, makan malam bersama keluarga, hingga ngobrol larut malam bersama teman,” ujar Sunar Rahmanto, Founder Teman Setia, Minggu (20/7/25).
Baca juga: Menjelajah Rasa di Kaki Semeru: Kuliner Lumajang yang Menggoda Lidah dan Menyentuh Jiwa
Kalimat itu bukan sekadar slogan. Dalam keseharian, suasana hangat di Teman Setia terasa begitu nyata.
Saat malam menjelang dini hari, terlihat mahasiswa yang duduk berkelompok sambil tertawa, pasangan muda yang berbagi mangkuk bubur hangat, hingga para pekerja malam yang datang sekadar untuk melepas lelah dan merasa ‘ditemani’.
Dengan konsep kopitiam modern yang bersahabat, kedai ini berhasil menciptakan atmosfer yang tak hanya mengenyangkan perut, tapi juga menenangkan hati. Interior yang hangat, pelayanan ramah, serta operasional 24 jam membuat tempat ini seperti ruang keluarga kedua bagi banyak pelanggan.
Baca juga: Kopi Tanpa Gula, Hidup Lebih Jelas: Edukasi Rasa Ala Pak Sis
Menu andalannya, bubur nasi dalam clay pot, menyajikan aroma smokey yang khas dan rasa yang autentik. Tidak hanya itu, variasi kuah yang disediakan pun membuat pengalaman makan semakin personal dan menggugah.
Ada kuah bening untuk yang ringan, laksa untuk yang penuh rempah, lodeh khas Jawa yang gurih, hingga tomyam pedas asam bagi pencinta rasa berani.
Rani (24), seorang pelanggan tetap yang tinggal di kawasan Wonokromo, mengaku sering datang ke Teman Setia sepulang kerja.
“Tempat ini kayak pelarian kecil dari penatnya hari. Kadang saya cuma pesan bubur kuah kari dan duduk sendiri, tapi rasanya kayak pulang ke rumah. Ada kenyamanan yang nggak bisa saya dapat di tempat lain,” ujarnya.
Tinggalkan Balasan