Lumajang, – Program Makan Bergizi (MBG) di Kecamatan Pasrujambe, Kabupaten Lumajang, Jawa Timur, tidak hanya memberi dampak positif bagi kesehatan siswa sekolah.
Lebih dari itu, program ini juga menjadi pemantik perputaran ekonomi desa, memberdayakan masyarakat dari berbagai lini mulai dari petani lokal, ibu-ibu PKK, pelaku usaha kecil, hingga koperasi dan BUMDes.
Adalah Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) An Naashiri Karanganom, yang menjadi motor penggerak utama program MBG di wilayah tersebut.
Setiap harinya, unit ini mendistribusikan 3.777 porsi makanan bergizi ke 44 sekolah di seluruh kecamatan, dengan sistem pengawasan mutu yang ketat sejak proses pemilihan bahan baku hingga penyajian makanan.
Baca juga: Polres Lumajang Sita Genset, Tabung Gas, dan Amplifier dari Tangan Spesialis Pencuri Sekolah
“Sekitar 80 persen bahan baku kami berasal dari petani dan pelaku usaha lokal di Pasrujambe. Mulai dari beras, sayuran, pisang, hingga ikan lele,” kata, perwakilan Yayasan Pemuda Nuswantara Sejahtera yang menaungi SPPG An Naashiri, saat ditemui di dapur sehat SPPG, Novi Sanjaya, Selasa (16/9/25).
Baca juga: TNBTS Tak Main-Main, Pandu Wisata Disanksi 5 Tahun Usai Bawa Rombongan Tanpa Tiket ke Ranu Kumbolo
Dampak ekonomi program MBG sangat terasa di masyarakat. Petani lokal kini memiliki pasar tetap untuk hasil panennya, seperti sayuran segar, pisang, dan beras. Bahkan, budidaya ikan lele di beberapa desa mulai meningkat karena permintaan stabil dari SPPG.
Sementara itu, ibu-ibu PKK dan kelompok wanita tani dilibatkan dalam produksi makanan olahan seperti nugget, katsu, dan menu siap saji lainnya. Produk-produk ini kemudian disalurkan melalui koperasi sekolah atau BUMDes sebelum diteruskan ke dapur layanan.
“Harapannya sederhana: bapaknya menanam sayur, ibunya memproduksi olahan, dan anaknya makan bergizi di sekolah. Jadi program ini tidak hanya soal kesehatan, tapi juga menciptakan ekosistem ekonomi yang berkelanjutan,” tambah Novi.
SPPG An Naashiri menerapkan sistem respons cepat jika terjadi kekurangan makanan di salah satu sekolah. Setiap sekolah memiliki jalur komunikasi langsung untuk melaporkan jumlah makanan yang diterima.
“Bagi anak-anak, keadilan distribusi itu sangat penting. Kalau ada yang tidak kebagian susu, mereka bisa menangis. Karena itu kami siapkan tim khusus untuk cepat tanggap,” ungkap Novi.
Tinggalkan Balasan