Di tengah tantangan fiskal dan dinamika pembangunan, Pemerintah Kabupaten Lumajang menegaskan semangat nasionalisme lokal melalui pengelolaan keuangan daerah yang bijak, efisien, dan bertanggung jawab. Setiap keputusan anggaran bukan sekadar proses administrasi, tetapi juga wujud cinta tanah air dan pengabdian nyata kepada bangsa.
Bupati Lumajang, Indah Amperawati (Bunda Indah), menegaskan bahwa pembangunan sejati tidak hanya diukur dari besarnya anggaran, melainkan dari ketulusan dan tanggung jawab aparatur dalam mengelola setiap rupiah untuk kepentingan masyarakat.
“Setiap rupiah yang dikelola dengan bijak adalah wujud pengabdian kita pada bangsa. Nasionalisme lokal muncul dari dedikasi nyata untuk rakyat, bukan sekadar retorika,” ujarnya dalam sidang paripurna DPRD Kabupaten Lumajang, Senin (13/10/2025).
Kemandirian Fiskal Sebagai Wujud Cinta Tanah Air
Wakil Bupati Lumajang, Yudha Adji Kusuma, menambahkan bahwa kemandirian fiskal daerah merupakan simbol nyata dari nasionalisme praktis. Menurutnya, Lumajang terus berupaya mengoptimalkan potensi lokal serta menerapkan efisiensi belanja agar ketergantungan pada transfer pusat semakin berkurang.
“Keteguhan dalam merencanakan, ketulusan dalam melaksanakan, dan keberanian dalam mengambil keputusan adalah fondasi bagi pembangunan yang berkelanjutan. Ini adalah bentuk cinta pada tanah air yang nyata,” kata Wabup Yudha.
Pendekatan ini memperkuat ketahanan fiskal sekaligus menumbuhkan rasa percaya diri daerah untuk berdiri di atas kekuatan ekonomi sendiri. Dengan demikian, pembangunan tidak hanya berkelanjutan, tetapi juga berkeadilan dan berpihak pada rakyat.
Transparansi dan Akuntabilitas yang Menggerakkan Kepercayaan
Selain memperkuat kemandirian fiskal, Pemkab Lumajang juga menegaskan pentingnya transparansi dan akuntabilitas pengelolaan keuangan. Melalui keterbukaan informasi publik, masyarakat dapat memahami arah kebijakan fiskal sekaligus ikut mengawasi jalannya pembangunan.
Langkah ini menjadikan rakyat bukan hanya penerima manfaat, tetapi juga bagian dari proses pembangunan itu sendiri. Dengan partisipasi yang meningkat, rasa memiliki terhadap hasil pembangunan pun tumbuh lebih kuat.
Menurut pengamat kebijakan publik, filosofi pembangunan yang diusung Lumajang menunjukkan bahwa keikhlasan dan tanggung jawab aparatur jauh lebih berpengaruh terhadap kualitas pembangunan dibandingkan besarnya anggaran semata.
Ketulusan sebagai Landasan Pembangunan
Bunda Indah menegaskan bahwa nasionalisme tidak selalu diwujudkan melalui heroisme besar, melainkan melalui ketulusan dalam bekerja dan melayani.
“Nasionalisme tidak selalu soal heroisme besar, tapi juga tentang ketulusan setiap langkah kita dalam melayani masyarakat. Keteguhan kita mengelola fiskal daerah adalah wujud nyata dari cinta tanah air,” ujarnya.
Melalui prinsip ini, Lumajang memperlihatkan bahwa kebijakan fiskal yang bijak dan pembangunan yang berkelanjutan dapat tumbuh dari nilai-nilai dasar: ketulusan, keteguhan, dan nasionalisme lokal yang berpihak pada rakyat.
Tinggalkan Balasan