Lumajang, – Aktivitas vulkanik Gunung Semeru masih tergolong tinggi. Dalam periode pengamatan selama 24 jam pada Selasa, 16 Desember 2025, Gunung Semeru tercatat mengalami 163 kali gempa letusan, meski secara visual gunung api tertinggi di Pulau Jawa tersebut kerap tertutup kabut.
Petugas Pos Pengamatan Gunung Semeru, Yadi Yuliandi, menyampaikan bahwa tingginya jumlah kegempaan letusan menunjukkan aktivitas erupsi yang masih intens di dalam tubuh gunung.
Berdasarkan laporan Magma-Var, amplitudo gempa letusan berkisar antara 10-23 milimeter dengan durasi 50-165 detik, menandakan adanya tekanan magma yang masih aktif.
Secara visual, kondisi Gunung Semeru tidak selalu menampilkan aktivitas erupsi secara jelas. Sepanjang periode pengamatan, gunung sering tertutup kabut dengan intensitas bervariasi.
Asap kawah tidak selalu teramati, namun empat kali letusan berhasil terpantau, dengan tinggi kolom asap sekitar 400 hingga 500 meter berwarna putih hingga kelabu dan condong ke arah utara.
“Meski secara kasat mata aktivitas tidak selalu terlihat karena kabut, data kegempaan menunjukkan aktivitas erupsi masih berlangsung dan perlu diwaspadai,” kata Yadi dalam laporannya, Rabu (17/12/2025).
Selain gempa letusan, Pos Pengamatan juga mencatat 3 kali gempa guguran, 20 kali gempa hembusan, 2 kali tremor harmonik, 1 gempa vulkanik dangkal, serta 2 gempa tektonik jauh. “Rangkaian kegempaan tersebut mengindikasikan dinamika magma yang masih fluktuatif di dalam Gunung Semeru,” katanya.
Dari sisi meteorologi, cuaca di sekitar gunung terpantau cerah hingga mendung dengan suhu udara berkisar 19–30 derajat Celsius. Angin bertiup lemah hingga sedang ke arah barat daya, utara, dan timur laut, yang berpotensi memengaruhi arah sebaran material erupsi jika terjadi letusan lebih besar.
Hingga saat ini, status aktivitas Gunung Semeru masih berada pada Level III (Siaga).
Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) merekomendasikan agar masyarakat tidak melakukan aktivitas apa pun di sektor tenggara sepanjang Besuk Kobokan sejauh 13 kilometer dari puncak.
“Di luar jarak tersebut, masyarakat juga diminta menjauhi sempadan sungai sejauh 500 meter karena potensi perluasan awan panas dan aliran lahar,” katanya.
Selain itu, masyarakat dan pengunjung dilarang beraktivitas dalam radius 5 kilometer dari kawah atau puncak Gunung Semeru karena rawan terhadap lontaran batu pijar.
“Warga juga diimbau untuk mewaspadai potensi awan panas, guguran lava, dan lahar di sepanjang aliran sungai yang berhulu di puncak Semeru, terutama Besuk Kobokan, Besuk Bang, Besuk Kembar, dan Besuk Sat,” pungkasnya.
Tinggalkan Balasan