Lumajang, – Di sebuah sudut tenang Kecamatan Randuagung, tepatnya di Desa Buwek, geliat perubahan perlahan namun pasti sedang berlangsung.
Sebuah kandang ayam petelur dan burung puyuh berdiri rapi di tengah areal pertanian warga. Meski ukurannya belum besar, tempat ini menjadi simbol baru bagi ekonomi kerakyatan sederhana, kolektif, dan penuh harapan.
Kandang ini bukan sekadar tempat ternak biasa. Ia adalah embrio dari Koperasi Merah Putih Desa Buwek bagian dari inisiatif nasional yang menargetkan pendirian 80.000 koperasi desa di seluruh Indonesia. Tapi di Buwek, program ini tak sekadar dilaksanakan, ia dihidupi oleh semangat gotong royong warga.
Koperasi Merah Putih di Desa Buwek mulai dirintis awal 2024, berangkat dari keprihatinan bersama tentang rendahnya pendapatan harian warga dan ketergantungan pada hasil pertanian musiman yang fluktuatif.
Dalam berbagai musyawarah desa, warga sepakat untuk mencoba model usaha yang lebih terorganisir dan berkelanjutan.
Pilihan jatuh pada peternakan ayam petelur dan burung puyuh. Alasannya sederhana namun strategis: kebutuhan pasar terhadap telur stabil, siklus produksinya cepat, dan bisa dikelola bersama-sama.
Baca juga: Respons Publik Bikin MUI Lumajang Luruskan Pernyataan Soal Sound Horeg
“Kami mulai dari nol, sama-sama membangun kandang, membeli bibit ayam secara patungan, dan belajar manajemen usaha bareng-bareng,” kata Nur Hamid, salah satu penggerak koperasi, Kamis (24/7/25).
Dukungan teknis datang dari Dinas Peternakan, sementara pendampingan kelembagaan disediakan oleh Pemerintah Kabupaten Lumajang melalui program Setor Madu (Sehari Ngantor di Kecamatan Terpadu). Dari sinilah titik awal peternakan kolektif itu berkembang.
Yang menarik dari peternakan ini adalah sistem pengelolaannya yang berbasis rotasi dan partisipasi warga.
Baca juga: Operasi Patuh Semeru 2025 Tekan Aksi Balap Liar di Lumajang
Tugas harian dibagi bergiliran, dengan sistem catatan produksi dan distribusi yang transparan. Hasil penjualan telur digunakan untuk operasional harian dan dibagi kembali kepada anggota koperasi dalam bentuk simpanan usaha.
“Kandangnya bersih, tidak bau, dan dikelola dengan sangat baik. Ini bisa jadi contoh bagi desa-desa lain di Lumajang maupun di Indonesia,” kata Bupati Lumajang Indah Amperawati.
Potensi usaha ternak Desa Buwek mendapat perhatian lebih karena selaras dengan program nasional Makan Bergizi Gratis (MBG) yang digulirkan untuk anak-anak sekolah dan keluarga kurang mampu. Pemerintah daerah berencana menjadikan produk telur ayam dan puyuh dari koperasi desa sebagai bagian dari rantai pasok MBG.
“Ini adalah sinergi ideal. Desa menghasilkan pangan sehat, dan negara memanfaatkannya untuk meningkatkan kualitas gizi masyarakat,” katanya.
Baca juga:Gunung Semeru Erupsi Lima Kali dalam Sehari, Kolom Abu Capai 1.000 Meter
Dalam skenario ini, desa bukan lagi penerima manfaat program, tetapi menjadi mitra aktif pembangunan. Skema semacam ini, menurut Bunda Indah, akan menjadi arah baru pembangunan desa: inklusif, produktif, dan saling menguatkan.
Visi jangka panjang Pemerintah Kabupaten Lumajang, sebagaimana disampaikan Bupati Indah, adalah menjadikan desa sebagai benteng ekonomi nasional.
Ketika desa mampu menghidupi dirinya sendiri, menyediakan pangan, lapangan kerja, dan ekonomi keluarga yang stabil, maka ketahanan nasional otomatis akan terbentuk dari bawah.
“Negara ini tidak dibangun dari atas ke bawah, tapi dari desa-desa seperti Buwek ini. Kalau satu desa mandiri, lalu dua, lalu seratus, maka kita akan punya fondasi ekonomi yang kokoh,” tegasnya.
Tinggalkan Balasan