Lumajang, – Krisis kekeringan parah yang melanda Desa Tunjungrejo, Kecamatan Yosowilangun, Lumajang, menyisakan pertanyaan besar: di mana peran pemerintah saat petani berteriak minta tolong? Minimnya pasokan air, saluran irigasi yang rusak, dan lambannya respons menunjukkan lemahnya sistem mitigasi bencana sektor pertanian di tingkat daerah.
Sudah lebih dari sepekan, para petani di Dusun Krajan dan sekitarnya bergulat menyelamatkan tanaman padi dan tembakau yang mulai kering dan menguning.
Berbagai upaya dilakukan, mulai dari menyewa pompa air hingga menyedot air dari sumur-sumur dangkal. Namun, hasilnya tak sebanding dengan kebutuhan air di lahan yang luas.
Baca juga: Kades Lumajang Janji Evaluasi Karnaval Desa Usai Warganya Meninggal Dunia
“Sudah coba pompa, tapi airnya kecil. Nggak cukup buat semua sawah. Tanaman malah banyak yang kering. Kami kerja keras, tapi seperti tidak ada yang peduli,” kata Sukirno (52), seorang petani yang mulai putus asa.
Lebih parah lagi, saluran irigasi utama yang menjadi andalan saat musim tanam justru tak berfungsi maksimal. Di beberapa titik, saluran tertutup lumpur dan sampah. Debit air dari hulu juga terus menyusut, memperburuk kondisi di hilir.
“Kami ini rakyat kecil. Kalau pemerintah diam saja, terus kami harus bagaimana?” ujar Mulyono, petani lain yang mengaku rugi jutaan rupiah karena tanaman tembakaunya tak tumbuh optimal.
Kepala Desa Tunjungrejo, Sudarto, menyebut sudah berkali-kali melaporkan kondisi darurat ini ke kecamatan dan Dinas Pertanian Lumajang. Namun respon yang diterima masih sebatas janji koordinasi dan pendataan.
“Kami sudah kirim laporan, bahkan usulan bantuan pompa air dan pengerukan saluran irigasi. Tapi sampai sekarang belum ada tindakan nyata. Sementara petani makin terdesak,” jelas Sudarto.
Tinggalkan Balasan